Bisnisbandung.com - Pengamat politik dan Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari menanggapi narasi yang menyebut Indonesia kalah telak dalam kesepakatan dagang terbaru dengan Amerika Serikat.
Dikutip dari youtube COKRO TV, Qodari menyebut skor "19-0" yang kerap disorot beberapa media sebagai gambaran tidak utuh dari konteks sebenarnya.
Menurut Qodari kesepakatan ini justru menunjukkan kemenangan diplomasi Presiden Prabowo Subianto dalam menghadapi tekanan tarif dari Presiden AS, Donald Trump.
Baca Juga: Kompolnas Beberkan Fakta Baru Kematian Arya Daru, Isi Kantong Kresek Terungkap
"Kalau kita lihat tarif awal yang akan diberlakukan itu bisa mencapai 42 persen. Tapi akhirnya bisa ditekan turun jadi 19 persen. Ini kemenangan besar," ujar Qodari.
Qodari mengkritik narasi yang menyebut seolah Indonesia "dibobol 19 kali" oleh AS.
Ia menyebut angka 19% bukan berarti Indonesia menyerah melainkan hasil negosiasi keras yang menekan potensi tarif jauh lebih tinggi.
"Narasi 19-0 itu misleading. Yang bayar tarif 19% itu bukan Indonesia tapi konsumen Amerika. Artinya barang dari Indonesia tetap masuk tapi warga Amerika yang bayar lebih mahal," jelasnya.
Qodari juga menekankan bahwa tarif yang dikenakan ke produk Indonesia masih lebih rendah dibanding negara ASEAN lainnya.
Baca Juga: Kemenhub Andalkan Transportasi Perintis untuk Konektivitas Daerah, Fokus ke Wilayah Minim Akses
"Vietnam saja 20%, Thailand 25%, Myanmar 36%. Jadi posisi Indonesia ini paling menguntungkan," katanya.
Dalam pandangan Qodari kebijakan tarif tinggi yang digaungkan Trump adalah bagian dari agenda "America First" dan "Make America Great Again" (MAGA).
Tapi di tengah gelombang proteksionisme global, Prabowo justru berhasil membuka jalur negosiasi yang menguntungkan.
"Trump itu bukan presiden biasa. Dia tokoh unik. Tapi Prabowo berhasil bangun pendekatan personal yang membuat Indonesia tidak jadi korban utama kebijakan dagang Trump," ucapnya.
Baca Juga: Tidak Mengerti Tapi Bicara Hukum Feri Amsari Sentil Pernyataan Mardiansyah Soal Kasus Tom Lembong