bisnisbandung.com - Politisi PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, menyuarakan keprihatinannya terhadap kebijakan pemerintah yang akan memasukkan kecerdasan buatan (AI) ke dalam kurikulum pendidikan pada tahun ajaran 2025–2026.
Menurutnya, langkah ini bisa menjadi kontraproduktif jika masalah-masalah fundamental dalam sistem pendidikan Indonesia tidak diselesaikan terlebih dahulu.
“AI bisa menjadi ilusi bahwa pendidikan kita telah maju, padahal masalah paling mendasar belum dibereskan,” tegasnya di youtube pribadinya.
Baca Juga: Ada Apa dengan 2030? Raymond Chin Sebut Ini Tahun Kritis
Ganjar menyoroti krisis pembelajaran yang hingga kini masih membayangi dunia pendidikan nasional. Berbagai data menunjukkan rendahnya kemampuan literasi, numerasi, dan sains di kalangan pelajar Indonesia, sebagaimana tergambar dalam skor PISA 2022 dan asesmen nasional 2023.
Ketidakmampuan mayoritas siswa memahami bacaan dan konsep dasar matematika mengindikasikan belum tercapainya kompetensi minimum yang seharusnya menjadi landasan bagi proses belajar lanjutan, termasuk pemahaman teknologi.
Ia menilai kebijakan memasukkan AI dalam kurikulum justru berisiko memperluas kesenjangan pendidikan.
Baca Juga: Pengiriman Pekerja Domestik Kian Marak, Negara Dinilai Belum Maksimal Lindungi Pekerja
“Kebijakan untuk memasukkan AI ke dalam kurikulum berpotensi menciptakan dua jenis sekolah di Indonesia, yaitu sekolah digital dan sekolah tertinggal. Dan itu akan memperparah ketidakadilan yang sudah ada,” paparnya.
Sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas dan sumber daya memadai akan melaju lebih cepat, sementara ribuan sekolah lain yang tidak memiliki listrik dan internet akan semakin tertinggal.
Hal ini menciptakan realitas dua jenis sekolah di Indonesia: sekolah digital dan sekolah yang tersisih dari kemajuan.
Menurut Ganjar, kebijakan pendidikan seharusnya tidak semata-mata mengikuti tren global atau mengejar ambisi ekonomi seperti Revolusi Industri 4.0.
Tujuan utama pendidikan bukan sekadar mencetak tenaga kerja kompetitif, melainkan membentuk manusia yang mampu memahami dunia dan dirinya sendiri dengan lebih jernih dan bertanggung jawab.
Ia juga mempertanyakan kesiapan tenaga pendidik dalam mengajarkan materi AI, mengingat kualitas guru di banyak daerah masih menjadi persoalan besar.
Baca Juga: Topan Obaja Terjerat Korupsi, Kedekatannya dengan Bobby Nasution Jadi Sorotan