“Masalahnya bukan rakyat tidak punya kapasitas tapi akses dan kesempatan yang tidak adil. Banyak yang tidak punya koneksi, tidak punya ‘orang dalam’,” tegasnya.
Di saat rakyat berjuang keras untuk satu pekerjaan Adi menyindir fenomena elit yang justru bisa merangkap jabatan, ada yang menjabat wakil menteri sekaligus komisaris di berbagai BUMN.
“Itulah paradoks kita hari ini. Di bawah rakyat rebutan kerja, di atas elit bisa rangkap tiga, empat jabatan. Gaji dobel, fasilitas lengkap. Rakyat cuma bisa gigit jari,” ucapnya.
Adi pun mengingatkan agar keluhan rakyat jangan dianggap sebagai penghasutan atau upaya memecah belah.
Baca Juga: Tokopedia Dijual Murah? Pak Win Soroti Peran Founder dalam Kejatuhan Startup
Menurutnya, itu justru jeritan yang meminta solusi nyata dari para penguasa.
“Kalau para pembantu presiden betul-betul punya kapasitas tunjukkan sekarang. Selesaikan masalah pengangguran. Jangan hanya retorika dan gimik di publik,” tandasnya.
Adi menyebut empat isu utama yang mendesak untuk ditangani: akses kerja, pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan ekonomi.
Baca Juga: Golkar Dukung Gibran di Tengah Tuntutan Pemakzulan? Ini Tanggapan Putri Komarudin
Ia mendesak pemerintah untuk habiskan energi dalam menyelesaikan persoalan riil ini.
“Jangan cuma sibuk di panggung politik tapi rakyat makin susah cari kerja. Ini saatnya kerja nyata,” tutup Adi.***