Fenomena ini memperlihatkan adanya kepentingan politik yang lebih mengarah pada urusan keluarga dan kekuasaan pribadi, bukan untuk kemajuan bangsa.
“Politik yang dibangun bukan untuk Republik Indonesia tapi politik wangsa, politik keluarga yang berorientasi pada kejayaan keluarga, bukan bangsa,” kritik Sobary.
Ia menyoroti pula soal bisnis tanah yang dilakukan Jokowi di Solo dengan luas ribuan meter persegi yang menurutnya bisa menjadi simbol bahwa sang presiden lebih mengutamakan urusan pribadi dibanding ketentraman dan stabilitas politik.
Baca Juga: DPR Soroti Pentingnya Inovasi Pendapatan Negara: Contohkan UEA, Buka Peluang Out of the Box
Sobary mengakhiri pesannya dengan peringatan keras agar masyarakat dan para pengamat politik tetap waspada dan tidak lengah terhadap kondisi politik yang menurutnya sedang penuh dendam dan intrik.
“Jangan percaya Jokowi sudah diam. Tidak ada orang percaya. Kita harus waspada,” tegasnya.***