bisnisbandung.com - Polemik perbedaan standar kemiskinan antara Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencuat.
Mantan Menteri Keuangan RI, Fuad Bawazier, menanggapi standar Bank Dunia yang menyebut bahwa keluarga dengan pengeluaran bulanan lebih dari Rp10 juta masih bisa tergolong miskin dalam konteks global.
Menurutnya, perbedaan tersebut sah-sah saja karena masing-masing lembaga memiliki pendekatan dan tujuan yang berbeda.
Baca Juga: Kurikulum dan Anggaran Masih Gelap, Kebijakan Barak Militer Dedi Mulyadi Kena Semprot Ono Surono
Dalam pandangannya, Indonesia tetap berpegang pada data BPS yang telah digunakan sejak lama.
Data tersebut pertama kali disusun sejak tahun 1978 dan telah diperbarui secara berkala, termasuk pada 1998.
Fuad menilai bahwa meskipun pendekatan Bank Dunia bisa menjadi referensi tambahan, pemerintah tetap konsisten menggunakan metode BPS sebagai acuan resmi nasional.
Baca Juga: Militerisasi? Kak Seto: Yang Saya Lihat Justru Anak-Anak Punya Cita-Cita Lagi
“Tapi kita untuk konsistensinya, kita tetap menggunakan data BPS. Jadi data BPS-nya ya seperti ini terus,” tegasnya dilansir dari youtube Metro TV, Rabu (14/5).
“Memang penurunannya, bermasalah juga. 8,57 tadi kan tahun 2024. Iya, 2024. 2024 itu 8,57. Eee tahun 2014 itu 10,96. Iya, 10 tahun ya. 10 tahun berarti cuma turun 2,39%. Memang untuk 10 tahun, kemiskinan turun 2,39% itu, ya terlalu rendah sebetulnya,” terusnya.
Penurunan sebesar 2,39% dalam kurun waktu sepuluh tahun dinilai terlalu kecil, dengan rata-rata penurunan sekitar 0,2% per tahun.
Fuad menyebut bahwa seharusnya penurunan tersebut bisa lebih signifikan jika program penanggulangan kemiskinan berjalan lebih optimal.
Menurutnya, data kemiskinan yang terbuka dan transparan memungkinkan publik dan lembaga internasional membuat perbandingan.
Baca Juga: Terungkap! Bukti Baru Soal Ijazah Jokowi, Ikrar Nusa Bhakti: Palsu atau Asli?