Ia menyebut hingga kini belum ada satu pun pejabat dari kubu Prabowo yang memberikan pernyataan resmi.
"Kalau istana tak terganggu ngapain kita yang heboh? Jangan-jangan memang istana membiarkan atau menganggap itu hal biasa," imbuhnya.
Adi Prayitno pun mengingatkan dalam sistem presidensial idealnya hanya ada satu pusat kekuasaan.
Baca Juga: Investor dan Para Pembisnis Cemas, Kebijakan-Kebijakan Presiden Prabowo Dinilai Mengkhawatirkan
Meski tak menampik bahwa Jokowi punya kontribusi besar terhadap kemenangan Prabowo, Adi Prayitno menilai ekspresi loyalitas itu sebaiknya tidak ditampilkan secara vulgar.
"Cukup bersilaturahmi, cukup foto bareng. Tidak perlu menyebut Jokowi sebagai bos agar tak muncul kecemburuan atau kesan kekuasaan terbagi," tutupnya.***