Bisnisbandung.com - Gelombang penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) TNI terus bergulir di berbagai daerah.
Aksi demonstrasi yang melibatkan mahasiswa pecah di sejumlah kota.
Pengamat politik Rocky Gerung menilai kemarahan mahasiswa ini tidak bisa dilepaskan dari perlakuan aparat yang cenderung represif saat menangani aksi-aksi tersebut.
Baca Juga: ICMI Harus Terlibat Cetak Pemimpin di Era AI
Salah satu yang mencuat adalah demonstrasi di Malang Jawa Timur yang diwarnai dengan pembakaran Gedung DPRD Kota Malang.
Dalam kanal YouTube miliknya, Rocky Gerung menyebut bahwa perlakuan kasar aparat justru menjadi pemicu utama meluasnya aksi protes.
“Dipukul keras itu bagi mahasiswa adalah undangan untuk makin solid, makin turun ke jalan,” kata Rocky Gerung
Menurut Rocky Gerung kemarahan mahasiswa saat ini bukan semata-mata dipicu oleh isi dari RUU TNI.
Baca Juga: OCBC Grup Dukung Kelestarian Lingkungan Indonesia
Bagi banyak mahasiswa terutama yang lahir pasca-Orde Baru, memori tentang buruknya rangkap jabatan ABRI mungkin hanya mereka dengar dari senior atau literatur.
Namun esensi perlawanan mahasiswa dari masa ke masa tetap hidup.
“Sejak awal saya menduga RUU TNI hanya jadi trigger. Di belakangnya ada keresahan lebih dalam,mulai dari dinasti politik, pemalsuan ijazah, hingga abuse of power yang diduga dilakukan Jokowi,” jelas Rocky Gerung.
Ia menegaskan bahwa gerakan mahasiswa saat ini adalah kelanjutan dari tradisi sejarah panjang mahasiswa Indonesia dalam melawan kekuasaan yang dinilai otoriter.
Mulai dari peristiwa 1966, Malari 1974, hingga Reformasi 1998.
Baca Juga: Buat Yang Mau Mau Aja, Ini Daftar Side Hustle Termudah Di Indonesia