nasional

Ironi Negara Agraris, Awalil Rizky: Beras Impor, Jagung Impor, Sampai Kapan?

Sabtu, 15 Maret 2025 | 19:00 WIB
Ekonom Awalil Rizky (dok youtube Awalil Rizky)

Menurutnya data terbaru menunjukkan tren produksi beras yang terus menurun berbeda dengan metode lama yang memperlihatkan peningkatan produksi.

Salah satu penyebab utama turunnya produksi padi adalah berkurangnya luas panen akibat alih fungsi lahan menjadi permukiman dan industri.

Selain itu produktivitas per hektare juga stagnan di angka 5,1 ton jauh di bawah negara lain seperti China dan India yang sudah mencapai 9 ton per hektare.

Awalil Rizky menyoroti bahwa pemerintah saat ini lebih fokus pada proyek food estate ketimbang meningkatkan produktivitas dan efisiensi pengolahan padi menjadi beras.

Baca Juga: Mengatasi Kecurangan Minyak Goreng, Nurdin Halid Ungkap Koperasi Bisa Jadi Solusi

Padahal menurutnya perhatian terhadap pasca panen dan efisiensi distribusi juga sangat penting untuk memastikan ketahanan pangan.

Selain padi produksi jagung juga menjadi sorotan.

Data BPS menyebutkan bahwa produksi jagung pipilan dengan kadar air 28% pada 2024 mencapai 20,48 juta ton.

Sementara setelah dikeringkan menjadi kadar air 14% hanya 15,14 juta ton.

Meski mengalami sedikit peningkatan dibandingkan 2023 angka ini masih lebih rendah dari produksi 2022.

Baca Juga: Minyakita Dicurangi, Negara Gagal Melakukan Pengawasan? Ombudsman Persoalkan Transparansi

Permintaan jagung dalam negeri terutama untuk industri masih lebih tinggi dari produksi yang ada.

Akibatnya impor jagung juga terus dilakukan untuk menutup kebutuhan nasional.

Awalil Rizky menyayangkan bahwa jagung yang sebenarnya memiliki potensi besar tidak mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah.

Baca Juga: Negara Defisit, Pengamat Ekonomi Ungkap Penyebab dan Kondisi Ekonomi Global

Halaman:

Tags

Terkini