bisnisbandung.com - Fenomena keakraban yang ditampilkan oleh para pemimpin Presiden Prabowo, SBY dan Jokowi.
Henri Subiakto menyoroti bahwa ada perbedaan mendasar antara kejujuran dalam berbicara dan sekadar menjaga harmoni dengan kepalsuan.
Menurutnya, kejujuran dalam situasi yang penuh dengan ketegangan politik dapat menimbulkan konflik karena menyinggung pihak-pihak tertentu yang merasa dirugikan.
“Harus diakui kejujuran itu justru sering membawa keributan. Kejujuran dalam realitas yg buruk, kadang terpaksa harus menunjuk dan menyinggung orang lain,” ungkapnya dilansir Bisnis Bandung dari akun X @Henri Subiakto.
Baca Juga: Cara Menjaga Gula Darah Tetap Stabil Saat Puasa Ramadan bagi Penderita Diabetes
Sebaliknya, ketidakjujuran atau kebohongan dapat menciptakan ilusi kedamaian karena tidak ada pihak yang tersinggung secara langsung.
“Sedang kepalsuan itu membawa harmoni, seolah olah damai tidak saling singgung. Walau aslinya dalam hati ada dendam, kecewa dan dongkol pada orang yg berperilaku culas pada orang lain,” sambungnya.
Hal ini membuat kebersamaan yang terlihat di panggung politik sering kali dipertanyakan, apakah benar didasari oleh kejujuran atau hanya sebatas basa-basi demi menjaga stabilitas relasi antar elite.
Baca Juga: Mahfud MD: Kejagung Berani Usut Korupsi Pertamina Karena Restu Prabowo
“Jadi keakraban yg terlihat di antara para pemimpin itu, boleh jadi dasarnya justru bukan kejujuran, melainkan basa basi yang penuh kepalsuan untuk menutupi realitas yg di dalamnya ada dendam, sakit hati, dan ketidaksukaan di antara mereka,” bebernya.
Henri juga menyoroti bahwa keberanian untuk berbicara jujur di tengah kondisi politik yang sensitif masih menjadi tantangan bagi banyak pemimpin.
Kejujuran sering kali dihindari karena dapat memperburuk situasi dan menimbulkan reaksi negatif dari pihak-pihak yang merasa tersinggung.
Namun, di sisi lain, terus menerus menutupi realitas dengan kepalsuan juga dapat menciptakan ketegangan yang lebih dalam.