nasional

Skandal BBM RON 90 ke RON 92, Pengamat Ekonomi Energi UGM Sebut Ini Bukan Kejutan Besar

Rabu, 26 Februari 2025 | 20:00 WIB
Gambar Antrian Mobil di SPBU Pertamina (Dwi Cahayawan)

bisnisbandung.com - Kasus manipulasi bahan bakar minyak (BBM) yang terungkap baru-baru ini mengguncang sektor energi Indonesia.

Kejaksaan Agung menemukan adanya perubahan spesifikasi BBM dari RON 90 yang dijual sebagai RON 92. Skandal ini melibatkan pejabat tinggi Pertamina subholding dan menyebabkan kerugian negara mencapai Rp193,7 triliun.

Menurut pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmi Radhi, kasus ini bukan kejutan besar.

“Saya enggak begitu terkejut atau kaget karena sebelumnya ini pernah juga terjadi. Waktu itu, saya pernah menjadi anggota Tim Antimafia Migas yang ketuanya Prof. Basri,” ujarnya dilansr Bisnis Bandung dari  youtube Liputan 6.

Baca Juga: Dampak Larangan Retret, Zulfan Lindan: Kepala Daerah PDIP Bisa Kesulitan!

 Ia menilai skandal serupa telah terjadi sebelumnya dan melibatkan mafia migas yang terdiri dari elite Pertamina, pengusaha swasta, serta pihak-pihak lain yang bersekongkol dalam menggerogoti keuangan negara.

“Kalau melihat jumlah kerugian negara yang cukup besar, hampir 200 triliun itu, kemudian modus yang digunakan, maka saya meyakini bahwa pelaku mega korupsi yang saat ini terjadi itu dilakukan oleh mafia migas,” tegasnya.

Fahmi Radhi menegaskan bahwa modus operandi utama dari mafia migas ini mencakup penghalangan penggunaan minyak mentah dalam negeri, manipulasi kilang, serta peningkatan ketergantungan terhadap impor dengan markup harga yang tidak wajar.

Baca Juga: SMAN 6 Depok Klarifikasi Surat Edaran Study Tour Bukan Aturan Mengikat, Dedi Mulyadi Beri Penjelasan

Ia bahkan menduga bahwa kebakaran kilang yang terjadi bisa menjadi bagian dari strategi mereka untuk memperbesar impor dan meningkatkan keuntungan dari praktik mark-up tersebut.

Lebih lanjut, ia menyoroti teknik blending sebagai metode lain yang digunakan dalam skandal ini.

BBM RON 90 dicampur dengan sedikit bahan tambahan agar menyerupai RON 92, lalu dijual dengan harga premium.

 Hal ini tidak hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat yang membayar harga tinggi untuk produk berkualitas rendah.

Baca Juga: Soal Hasto & Band Sukatani, Mahfud MD Beri Wejangan Tajam

Halaman:

Tags

Terkini