Bisnisbandung.com - Aksi demo yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) belakangan ini menuai berbagai tanggapan.
Salah satu isu yang berkembang adalah tuduhan bahwa gerakan Indonesia Gelap ini ditunggangi oleh kepentingan politik tertentu.
Pengamat politik Adi Prayitno memberikan analisa mendalam mengenai tuduhan tersebut dan bagaimana fenomena ini sebenarnya bukan hal baru dalam sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia.
Baca Juga: Belajar dari China, Bisakah Danantara Meningkatkan Investasi Hingga 200%? Analisis Ekonom UI
Menurut Adi Prayitno tudingan bahwa aksi mahasiswa ditunggangi bukanlah sesuatu yang baru.
Sejak era reformasi hampir setiap gerakan mahasiswa yang mengkritik pemerintah selalu dicurigai memiliki aktor politik di belakangnya.
Hal ini terlihat sejak 1998 ketika mahasiswa berperan dalam menjatuhkan rezim Orde Baru.
Tuduhan serupa juga muncul saat mahasiswa melakukan demonstrasi di era kepemimpinan Gus Dur, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Jokowi.
Adi Prayitno menegaskan bahwa gerakan mahasiswa biasanya muncul dari idealisme dan keresahan terhadap kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat.
Baca Juga: Dividen BUMN Dikelola Danantara, Negara Bisa Defisit Anggaran?
"Kalau kita lihat tuntutan mereka, isunya adalah isu-isu yang memang menjadi konsumsi publik dan sudah lama diperdebatkan," ujar Adi Prayitno dalam youtube +62 TV.
Adi Prayitno menilai bahwa selama tuntutan mahasiswa berkaitan dengan kepentingan publik dan bukan soal menggugat hasil Pilpres 2024 sulit untuk mengatakan bahwa aksi ini murni ditunggangi politik.
"Kalau mereka tiba-tiba menuntut pemilu diulang, baru kita bisa curiga ada pihak yang gagal move on," tambahnya.
Salah satu alasan gerakan mahasiswa selalu terlihat besar dan solid adalah karena mereka memperjuangkan nilai-nilai fundamental seperti demokrasi, ekonomi, dan supremasi hukum.
Baca Juga: Masyarakat Pesimis dengan Danantara, Juru Bicara Kepresidenan: Sebenarnya Ini Karena Mindset