Sobary menekankan bahwa sosok pemimpin yang ideal adalah mereka yang memiliki wawasan luas, hasil dari pengalaman dan pembelajaran mendalam.
Menurutnya, kepemimpinan yang kuat seharusnya terlihat dari kemampuan untuk memahami kompleksitas persoalan bangsa, termasuk hubungan antara ekonomi rakyat di pasar tradisional dan dinamika pasar modal.
Dalam pandangan Sobary, keberadaan Gibran di posisi strategis ini justru menjadi cerminan lemahnya proses politik Indonesia.
Situasi ini dianggap mempermalukan bangsa di mata dunia, karena Gibran dipandang belum memiliki kapasitas yang layak untuk mewakili Indonesia sebagai wakil presiden.***
Baca Juga: Gibran Buktikan Dirinya, Muhammad Qodari: Lebih dari Sekadar Anak Presiden