Sebagai sebuah langkah yang belum pernah terjadi dalam pemerintahan Indonesia sebelumnya pembekalan ini menunjukkan bahwa Prabowo menginginkan kabinet yang solid dan tangguh.
Sebelumnya kabinet diisi oleh para profesional tanpa pelatihan khusus dengan anggapan bahwa mereka sudah kompeten di bidangnya.
Namun Prabowo mengubah tradisi ini dengan mengharuskan para menteri ikut dalam pembekalan.
"Biasanya menteri itu dianggap sudah ahli, tidak perlu pelatihan lagi. Namun, Prabowo ingin mereka tidak hanya kompeten tetapi juga berjiwa militan dan punya semangat patriotisme yang tinggi," tambah Hamdi Muluk.
Baca Juga: BRI Dukung Kelompok Petani Durian di Pekalongan Makin Berkembang
Meski langkah ini mendapat apresiasi beberapa pihak mengkhawatirkan pendekatan militeristik yang diambil Prabowo.
Hamdi Muluk menjelaskan bahwa yang ditekankan dalam pembekalan ini bukanlah militerisme dalam arti kekerasan, melainkan nilai loyalitas, disiplin, dan dedikasi yang biasa dipegang teguh oleh para prajurit.
“Kita khawatir jika doktrin militer diterapkan di wilayah sipil karena bisa menghilangkan ruang untuk dialog dan negosiasi.
Namun yang dilakukan Prabowo adalah menanamkan nilai patriotisme, loyalitas, dan pengabdian yang kuat kepada negara, tanpa melibatkan kekerasan,” jelas Hamdi Muluk.
Baca Juga: 3 Manfaat Payment Gateway Untuk Bisnis
Pembekalan ini sekaligus menjadi tanda bagi para menteri bahwa Prabowo akan melakukan evaluasi secara berkala.
“Kabinet ini nantinya akan dievaluasi dalam waktu 6 bulan. Siap atau tidak mereka harus siap menjalankan tugas besar untuk mencapai visi presiden dalam mewujudkan Indonesia yang kuat dan mandiri,” ujar Hamdi Muluk.***