Situasi ini memicu perdebatan etis mengenai tindakan Jokowi, terutama dalam hal bagaimana kekuasaan digunakan untuk memastikan perlindungan dirinya di masa depan.
Sementara itu, beberapa kalangan muda di Golkar menyadari potensi konflik ini dan mungkin melihatnya sebagai kesempatan untuk mengubah arah partai.
Dengan Golkar yang terus dimanfaatkan sebagai alat politik oleh kekuatan yang ada, tantangan terbesar partai ini adalah mempertahankan relevansinya dan memastikan bahwa ia berfungsi sebagai partai politik yang sejati, bukan sekadar perpanjangan kekuasaan pihak lain.
Jika Golkar tidak mampu menghadapi tekanan ini, keberadaannya sebagai partai politik yang mandiri akan semakin dipertanyakan.
“Tetapi urusan etisnya adalah Jokowi tetap tidak merasa damai hatinya jika tidak ada jaminan bahwa dia tidak akan diganggu nanti ketika dia sudah pensiun sebagai presiden,”ungkap Rocky Gerung.***
Baca Juga: Momentum Bersamaan Kini Jusuf Hamka Nyatakan Mundur Dari Kepengurusan Partai Golkar