Dia mengunjungi semua rumah yang dibangun untuk menawarkan furniture. Ada yang berhasil, namun banyak juga yang gagal.
Namun usahanya perlahan membuahkan hasil. Keberhasilan ini membuat suara gergaji tidak pernah terlewatkan di bengkelnya.
Setelah Jokowi mempunyai modal yang cukup, ia memberanikan diri melakukan ekspansi ke Jakarta pada tahun 1990.
Di ibu kota ia menerima pesanan terbesar sejak berdirinya Rakabu. Total pesanannya Rp 60 juta.
Dia bergegas kembali ke Solo dan melakukan segalanya. Sayangnya, saat barang sudah jadi dan dikirim, pesanannya hilang Rp 60 Juta kandas.
Untuk mencegah kejatuhan putranya, Sudjiatmi selaku ibunda Jokowi mengeluarkan seluruh tabungannya dan meminjam modal usaha senilai Rp 30 juta ke bank. Dari sinilah bisnis Rakabu kembali bangkit.
Baca Juga: 3 Prinsip Hidup Minimalis Ala Raditya Dika yang Bisa Bikin Hidup Jadi Tenang
Tak lama, Jokowi mendapat modal dari Perusahaan Gas Negara (PGN) sebesar Rp 500 juta.
Modal tersebut langsung dimanfaatkan Jokowi untuk berekspansi dan berani melakukan ekspor.
Pabrik dan karyawan juga mulai banyak. Dalam kurun 1994-1996, produksi mebel Jokowi melesat. Total, dia mempunyai 8 pabrik dengan ratusan karyawan.
Baca Juga: Lucunya Sri Mulyani Ajak Luhut Panjaitan Nonton Film Komedi Agak Laen, Para Pemain Ketar Ketir
Praktis, harta kekayaan-nya justru bertambah. Kini dia bisa membeli rumah sendiri di Solo setelah menyewa bertahun-tahun.
Pada masa krisis 1997-1998, ketika usaha pengusaha lain hancur, Rakabu semakin sukses.
Diketahui, saat ini Rakabu mulai menguasai pasar Australia, Amerika, Timur Tengah dan tentunya Asia. Sejak saat itu, Jokowi mulai merasakan indahnya perjuangan bisnis.