Menurutnya, kondisi seperti ini dapat menyeret NU ke dalam dualisme kepemimpinan, sebagaimana pernah terjadi pada masa kepemimpinan sebelumnya.
Ia menegaskan perlunya pendinginan situasi agar konflik tidak semakin melebar. Menurutnya, konflik bisa selesai dengan cepat apabila Ketua Umum bersedia menerima keputusan Suriyah.
Namun jika situasi semakin memanas, ia menilai opsi Musyawarah Luar Biasa menjadi jalan yang paling realistis untuk menata ulang kepemimpinan dan merestorasi kepercayaan warga NU.
Di sisi lain, Imam Jazuli juga menilai polemik internal ini tidak hanya mengarah pada Ketua Umum, tetapi juga menunjukkan kelemahan koordinasi di tingkat Rais Aam.
Baca Juga: Pakar Inovasi Digital Soroti Ambisi Raksasa di Balik MrBeast yang Tak Lagi Sekadar YouTuber
Ia menyinggung bahwa beberapa keputusan kontroversial yang kini dipersoalkan sebenarnya juga diikuti oleh Rais Aam dalam kesempatan tertentu, sehingga terjadi saling tuding dalam proses evaluasi internal.
Dengan tensi yang terus meningkat, ia mengingatkan bahwa stabilitas NU harus menjadi prioritas utama.
Tanpa langkah penyelesaian yang tepat, potensi fragmentasi dan mobilisasi massa dapat mengancam keteduhan organisasi menjelang agenda besar tahun depan.***
Artikel Terkait
Dilabeli Ekstrem, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Sindir Konsesi-Konsesi tambang PBNU
Siap Dipanggil KPK terkait Kasus Haji, Sekjen Tegaskan PBNU Tak Terlibat
PBNU Desak Trans7 Ambil Langkah Nyata Usai Tayangan Kontroversial
PBNU Soroti Fenomena Gus-Gusan Modal Ganteng dan Lucu, Imbau Masyarakat Lebih Cerdas