Menurutnya pemerintah terlalu percaya diri menyebut utang masih dalam batas aman tanpa memperhitungkan rasio beban utang terhadap pendapatan negara (debt service ratio) yang sudah menyentuh 45% — jauh di atas rekomendasi IMF yang hanya 25–35%.
“Kalau indikator internasional saja sudah dilampaui lalu di mana letak kehati-hatiannya?” tanya Awalil.
Ia juga mengingatkan bahwa penambahan utang belum berdampak signifikan terhadap produktivitas ekonomi.
“Utangnya besar tapi efisiensi ekonomi tidak naik. Artinya pembiayaan utang belum produktif,” ujar dia.
Baca Juga: Dulu Batalkan UU BHP, Kini Mahfud MD Buka Suara Terkait Kasus Ponpes Al Khoziny
Di akhir penjelasannya Awalil menegaskan bahwa transparansi adalah kunci dalam pengelolaan utang negara.
Ia meminta pemerintah kembali membuka data utang bulanan agar publik bisa memantau kondisi fiskal secara lebih akurat.
“Utang ini masalah paling serius APBN kita. Bukan sekadar angka tapi soal kepercayaan publik. Jangan disamarkan hanya karena takut kelihatan buruk,” tegasnya.***
Artikel Terkait
Panas! Projo Tuding yang Kalah Pemilu Ingin Prabowo–Jokowi Renggang, Adi Prayitno Angkat Bicara
Misbakhun: Prabowo Runtuhkan Mitos Sri Mulyani Lewat Purbaya!
Warna Baru Menteri Keuangan!” Freddy Damanik Puji Gaya Purbaya yang Langsung ke Akar Ekonomi
Janji Purbaya Bisa Jadi Bumerang, Achmad Nur Hidayat: Prabowo Bisa Kena Getahnya!
Adi Prayitno: Serangan Anies ke Prabowo Adalah Sindiran Balik yang Elegan
Awalil Dukung Purbaya: “Tegas! APBN Bukan untuk Bayar Utang Kereta Cepat”