Bisnisbandung.com - Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti menyoroti kelangkaan bensin non-subsidi di SPBU swasta.
Ia menyebut kondisi ini bukan sekadar masalah distribusi melainkan bisa masuk kategori “subversi ekonomi” yang berbahaya bagi stabilitas negara.
Kelangkaan terjadi di hampir semua SPBU swasta non-Pertamina seperti Shell, BP AKR, Vivo, hingga ExxonMobil.
Baca Juga: Hersubeno Arief Beberkan Dugaan Moral Hazard Pertamina dalam Impor Minyak
Stok BBM mereka disebut terancam habis dalam waktu dekat lantaran menolak membeli bensin impor Pertamina yang dinilai berkualitas buruk.
“Lucu sekali. Kita tidak bisa lagi beli Pertalite karena dibatasi, lalu mau beli bensin non-subsidi di SPBU swasta juga sulit karena stok habis. Negara kok bisa sampai sebegini buruknya tata kelola energi?” kata Ikrar lewat kanal YouTube-nya.
Masalah berawal ketika Pertamina Patra Niaga menawarkan pasokan BBM impor kepada SPBU swasta.
Namun mayoritas perusahaan menolak karena kualitas dianggap rendah bahkan ada kandungan etanol hingga 3,5%.
Meski masih di bawah batas aman 20% pihak swasta menilai mutu BBM tersebut tak sesuai standar global.
Baca Juga: Proposal 20 Poin Trump Dinilai Jadi Jalan Israel dan Hamas Akhiri Perang Tanpa Kehilangan Muka
Sejak pengadaan awal 100 ribu barel tak satu pun SPBU swasta melanjutkan pembelian.
Vivo dan BP AKR yang sempat berminat pun membatalkan kontrak.
Data menunjukkan SPBU swasta hanya menguasai sekitar 5% pangsa pasar BBM non-subsidi.
Meski kecil kelompok konsumen yang mereka layani adalah kelas menengah-atas yang selama ini enggan memakai Pertalite maupun Pertamax.
Baca Juga: Prof. Hikmahanto Tegaskan Indonesia Harus Kawal Proposal Trump untuk Kemerdekaan Palestina
Artikel Terkait
Dedi Mulyadi Meledak! Bongkar Oknum ‘Cari Untung’ di Program MBG Jawa Barat
Aksi Tuntut Jokowi Dipenjara Membara Lagi, Rocky Gerung: Ini Tak Akan Pernah Padam
Mahfud MD Tepis Prabowo: Keracunan MBG Bukan Kasus Kecil, Ini Nyawa Anak!
Cucu Mahfud MD Jadi Korban! Kasus Keracunan MBG Kian Panas
Viral! Keluarga Diancam, Dedi Mulyadi Geram: Cianjur Jangan Jadi Kota Preman!
Pengamat Sebut Popularitas Dedi Mulyadi Bukan Kaleng-Kaleng, Hampir 100 Persen Warga Jawa Barat Kenal!