Zainal juga menyoroti temuan penting dari penyelidikan yang menyatakan bahwa kekerasan saat itu dilakukan secara terpola, terorganisasi, dan melibatkan aktor yang terlatih, dengan dugaan kuat keterkaitan dengan unsur militer.
Hal ini memperkuat urgensi untuk tetap mengangkat kebenaran sejarah secara utuh dan akurat, agar tidak terjadi distorsi informasi.
Kritik yang dilontarkan Zainal menjadi pengingat bahwa narasi sejarah harus disampaikan berdasarkan bukti dan data yang sahih.
Baca Juga: Ramai Soal Pemakzulan Wapres Harus Bersama Presiden, Bivitri Susanti Soroti Prosedur Hukum
Pernyataan yang meremehkan atau menihilkan penderitaan korban hanya akan membuka kembali luka lama dan menghambat upaya pemulihan keadilan bagi para penyintas.
Tragedi Mei 1998 merupakan bagian penting dari sejarah bangsa yang menyisakan trauma mendalam.
“Jadi tolong Pak Fadli Zon, miliki dan baca ini,” pungkas Zainal Arifin Moechtar sambil tunjukkan buku tersebut.***
Artikel Terkait
Tuai Pro Kontra, Ada Apa dengan Penulisan Ulang Sejarah? PDIP Turut Persoalkan
Penulisan Ulang Sejarah Dinilai Abaikan Pelanggaran HAM Berat, Aktivis 98 Desak Hadirkan Perspektif Korban
Diisukan ada Kepentingan Politik, Editor Ungkap Tak Benar Kalau Proyek Sejarah Hanya Inisiatif Pemerintah
Sejarah Bisa Dijadikan Alat Kekuasaan, Marzuki Singgung Penulisan Ulang Sejarah Seperti Pada Orde Baru
Muncul Isu Fakta Sejarah Dihilangkan, Fadli Zon: Kita Bukan Menulis Sejarah Pelanggaran HAM
Tidak Ada Intervensi! Menteri Kebudayaan Tegaskan Sejarawan yang Menulis, Bukan Aktivis atau Politisi