"Prabowo harus tahu bagaimana mengelola negara termasuk mendapatkan masukan dari Jokowi terkait berbagai kebijakan yang telah ada sebelumnya."
Prabowo sendiri lanjut Arief merasa perlu berkomunikasi dengan Jokowi untuk mencari solusi atas masalah yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya.
Salah satunya adalah masalah pertumbuhan ekonomi yang semakin melambat dan hutang negara yang terus meningkat.
"Ini bukan soal siapa yang lebih besar atau lebih kecil. Ini soal bagaimana kita bersama-sama mengatasi masalah negara," ujar Arief.
Baca Juga: Premanisme Jadi Alat Politik, Pakar Hukum Pidana Ungkap Ini Ditoleransi Sejak Lama
Arief Payuono menegaskan bahwa pertemuan antara Prabowo dan Jokowi bukan berarti ada kesepakatan politik tersembunyi atau upaya untuk menciptakan "matahari kembar".
Ia menganggap ini sebagai langkah strategis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola negara.
"Tidak ada matahari kembar. Ini adalah langkah politik manunggal. Mereka harus bekerja sama untuk kepentingan rakyat," jelasnya.
Baca Juga: Satgas Premanisme Tidak Perlu Ada, Ekonom INDEF Singgung Tugas Aparat Penegak Hukum
Sebagai penutup Arief menekankan bahwa hubungan politik yang ada antara Prabowo dan Jokowi harus dilihat dari sisi kemajuan bangsa bukan dari narasi politik yang dibuat oleh pihak-pihak tertentu.
Menurutnya Indonesia membutuhkan kolaborasi antara semua pihak bukan perpecahan yang hanya akan merugikan rakyat.***
Artikel Terkait
Prihatin dengan Perkembangan Dunia, SBY Sebut Perang Dagang Mengancam Kehidupan Bangsa
Kak Seto Sebut Gubernur Dedi Mulyadi Sebagai ‘Sahabat Anak’ Berkat Program Pendidikan Inovatif
Meme Prabowo-Jokowi, Pengamat Politik Tegaskan: Ini Satir Bukan Tindakan Kriminal
Tekanan Global untuk Palestina Semakin Kuat, Anies: Dunia Akan Dukung Kemerdekaan
Nasi Goreng dalam Politik, Adi Prayitno Ungkap Dinamika Hubungan Megawati-Prabowo
Kang Hasan Tanggapi Program Dedi Mulyadi, Pendidikan Karakter Bukan dengan Kekerasan