Lembaga ini mendalami pemberian kredit dari beberapa bank plat merah, seperti Bank BJB, Bank Jateng, dan Bank DKI, yang dinilai gegabah menyalurkan kredit besar meski kondisi keuangan Sritex sudah bermasalah.
Rinny menyebut ditemukan perbedaan mencolok antara nilai kredit yang dicatat oleh pihak bank dan yang dilaporkan oleh Sritex dalam pembukuannya.
Untuk Bank BJB, misalnya, terdapat selisih sekitar Rp77 miliar antara nilai yang dicatat bank (Rp670 miliar) dan yang tercatat di laporan keuangan Sritex (Rp593 miliar). Selisih serupa juga ditemukan pada data kredit Bank Jateng dan Bank DKI.
Baca Juga: Harga Ayam Anjlok, Ombudsman Salahkan Lemahnya Pengawasan Pemerintah
Total selisih yang tercatat dari ketiga bank tersebut mencapai sekitar Rp170 miliar. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan penyidik mengenai ke mana dana selisih tersebut mengalir dan apakah ada pihak ketiga yang terlibat dalam penyaluran dana tersebut.
Lebih lanjut, Rinny menyinggung adanya desas-desus bahwa dana selisih tersebut diduga mengalir ke pihak-pihak tertentu yang memiliki pengaruh besar, termasuk dugaan keterlibatan salah satu pangeran dari keluarga kerajaan Solo.
“Jadi sekarang muncul desas-desus kalau dana selisih pembayaran yang mencapai 170 miliar itu adalah jatah yang mengalir ke seorang pangeran, yang mengalir ke putra dari raja Solo,” ungkapnya.***
Baca Juga: Perbedaan Sikap Soal Gibran Dianggap Wajar, Istana: Jangan Sampai Kita Tidak Satu Sebagai Bangsa
Artikel Terkait
Jokowi Cawe-Cawe, Pengamat Politik Buka Suara Soal Kritik Uni Lubis
Pengacara Geruduk Polda, Laporkan Roy Suryo soal Ijazah Jokowi
Jokowi Dinilai Langgar Adab Politik Pasca Purna Jabatan, Pandangan Pakar Hukum Tata Negara
Rakyat Hingga Pejabat Kunjungi Rumah Jokowi, Projo: Gayanya Memang Selalu Dekat Dengan Rakyat
Polemik Ijazah Jokowi dan Beredarnya Daftar Peserta Sipenmaru Mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM 1980
Pemerintah Utus Jokowi ke Vatikan, Pengamat: Emang Nggak Ada Orang Lain?