"Respon dari negara-negara ini menimbulkan eskalasi. Pasar uang langsung bereaksi dalam dua hari terakhir. Ini belum selesai," jelasnya.
Sri Mulyani mengungkapkan cara perhitungan tarif dari Trump sangat sulit dipahami oleh para ekonom.
Ia menilai kebijakan ini tak ubahnya sebagai langkah pragmatis demi menutup defisit perdagangan AS tanpa dasar teori ekonomi.
"Menutup defisit itu artinya tak mau beli dari luar lebih banyak dari yang dijual. Tapi kalau ilmunya seperti ini mohon maaf ilmu ekonomi tidak berguna," kata Sri Mulyani.
Baca Juga: Rupiah Anjlok Menembus Batas Psikologis! Ekonom UI Ungkap BI Masih Bisa Menyelamatkan
Ia pun mengingatkan bahwa situasi ini bukan sekadar perang dagang tapi juga menjadi tantangan bersama bagi seluruh dunia termasuk Indonesia.
Meski situasi global memanas Sri Mulyani menilai Indonesia tetap punya peluang.
Ia menyebutkan potensi trade diversion atau pengalihan tujuan ekspor dari negara-negara yang terdampak tarif tinggi di AS ke negara-negara lain termasuk Indonesia.
"Negara-negara seperti Vietnam, Bangladesh, dan Thailand mendapatkan tarif lebih tinggi dari AS. Ini peluang bagi kita untuk menjadi pemasok alternatif," jelasnya.
Baca Juga: Diterpa Angin Global, IHSG Tersungkur: Harapan Ada di Negosiasi dengan Donald Trump?
Namun ia juga mengingatkan Indonesia tidak boleh lambat.
Pemerintah pembuat kebijakan dan pelaku usaha harus responsif dan bersatu menyikapi dinamika global ini.
"Presiden ingin ini menjadi perang bersama. Pemerintah dan pelaku usaha harus kompak menyikapinya," tutup Sri Mulyani.***
Artikel Terkait
Airlangga Ungkap Arahan Prabowo Hadapi Tarif 32% Trump, Negosiasi Bukan Retaliasi!
Gandeng Petani dengan Teknologi, Prabowo Yakin Indonesia Jadi Lumbung Padi Dunia
Rocky Gerung Usul Dino Patti Djalal Jadi Duta Besar AS, Ini Alasannya!
Tokoh Hukum Kritik Keras Era Jokowi, Hukum Jadi Alat Kekuasaan Bukan Keadilan
Skandal Ridwan Kamil Perselingkuhan atau Rekayasa Politik? Analisis YouTuber
Jokowi Disetarakan dengan Presiden Kenya & Nigeria, Pengamat politik: Malu Saya sebagai Bangsa