Menkeu Sri Mulyani Sudah Wanti-Wanti di Akhir Tahun Lalu Soal Ancaman Tarif AS

photo author
- Jumat, 4 April 2025 | 20:30 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani (dok instagram Sri Mulyani)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani (dok instagram Sri Mulyani)

 

bisnisbandung.com - Kenaikan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap sejumlah negara termasuk Indonesia, dinilai bukanlah hal yang datang secara tiba-tiba.

 Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sejak akhir tahun lalu telah mengingatkan bahwa dinamika perdagangan global, termasuk potensi perang dagang dan kebijakan proteksionis, dapat menjadi ancaman nyata bagi perekonomian Indonesia.

Peringatan tersebut kini terasa semakin relevan seiring keputusan terbaru dari Amerika Serikat yang memberlakukan tarif tinggi terhadap produk-produk seperti tekstil, elektronik, dan minyak sawit dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Jakarta Dipenuhi Pendatang Baru, Bagaimana Pramono Anung Mengelola Urbanisasi? Tanggapan Chico Hakim

 Kebijakan ini dinilai dapat menekan kinerja ekspor nasional dan mengancam sektor industri padat karya.

Sri Mulyani sebelumnya telah menyampaikan bahwa kondisi ekonomi global sedang berada dalam tekanan akibat memanasnya persaingan antarnegara dalam bidang perdagangan.

“Kalau kita lihat, perdagangan akan menjadi salah satu isu yang paling menonjol dan kontensius yang paling tegang, ya dalam pergaulan antarnegara,” ucapnya dilansir dari youtube Metro TV.

Baca Juga: Adi Prayitno: Didit Prabowo Idola Baru yang Mencairkan Ketegangan Politik Tanah Air

 “Karena sekarang, hampir semua negara tidak segan menggunakan tarif atau, dalam hal ini, perang dagang untuk menjaga industri maupun perekonomian masing-masing,” lanjutnya.

 Perang dagang dan penggunaan tarif sebagai instrumen perlindungan industri dalam negeri diprediksi akan menjadi tantangan utama dalam menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi.

Dengan adanya kebijakan tarif baru dari AS, pemerintah Indonesia didorong untuk segera merumuskan langkah strategis.

Strategi ini mencakup negosiasi bilateral guna mengecualikan produk-produk tertentu dari kenaikan tarif, serta memperluas akses pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional.

Baca Juga: Perbaikan Jalan di Jawa Barat, Dedi Mulyadi: Prioritas Jalan Provinsi, Stimulus untuk Daerah Kemudian

Langkah diplomasi ekonomi menjadi penting mengingat Indonesia tidak menjadi target utama dalam pidato Trump, namun tetap masuk dalam daftar negara yang dikenakan tarif tinggi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X