bisnisbandung.com - Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal, menekankan pentingnya langkah proaktif Indonesia dalam merespons kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat.
Menurutnya, meskipun angka tarif yang diumumkan Presiden AS Donald Trump dinilai subjektif dan belum tentu mencerminkan kondisi riil, Indonesia tetap memiliki ruang untuk melakukan negosiasi bilateral secara konstruktif.
Dalam penjelasannya, Fithra menyebut bahwa secara rata-rata tarif aktual yang dikenakan Indonesia terhadap produk asal Amerika Serikat berkisar di angka 4%, serupa dengan yang diterapkan oleh AS terhadap produk Indonesia.
Baca Juga: Trump Naikkan Tarif Impor, Rocky Gerung: Ini Pukulan Telak untuk Ekonomi Prabowo
Namun, perhitungan dari pihak AS juga mempertimbangkan hambatan non-tarif, yang sering kali sulit untuk diukur secara kuantitatif. Hal inilah yang kemudian dijadikan dasar oleh pemerintah AS dalam menetapkan angka tarif resiprokal.
“Jadi sebenarnya sudah fair, cuma memang ya Trump juga menghitung non-tariff barriers yang itu biasanya susah untuk dikuantifikasi, ya,” jelasnya dilansir dari youtube Metro TV.
“Dan makanya dia pakai perhitungan yang juga sebenarnya subjektif. Tapi sebenarnya juga bisa masuk akal karena agak sulit untuk menghitung non-tariff barriers gitu ya,” terusnya.
Baca Juga: Panda Nababan: Kebohongan Jokowi Akan Melahirkan Kebohongan Lainnya!
Kondisi ini, menurut Fithra, justru membuka peluang negosiasi. Karena dasar perhitungannya tidak sepenuhnya objektif, ada ruang untuk mencapai titik temu melalui pendekatan diplomasi ekonomi.
Strategi negosiasi dianggap lebih tepat dibandingkan dengan melakukan retaliasi atau perlawanan yang justru bisa memicu eskalasi.
“Jadi jangan melakukan retaliasi, jangan melakukan perlawanan, tapi negosiasi. Itu yang dilakukan oleh Vietnam. Dalam waktu dekat saya dengar mereka akan mengirimkan utusan khususnya,” ujarnya.
Fithra juga menyoroti langkah cepat negara lain seperti Vietnam. Ia mengungkapkan bahwa Vietnam telah merespons kebijakan tarif ini dengan mengirimkan utusan khusus untuk membuka jalur komunikasi langsung dengan pemerintah AS.
Baca Juga: Ancaman Bagi Pemimpin Pembohong, Hendri Satrio: Akan Kena Azab!
Bahkan, kemungkinan keterlibatan pimpinan tertinggi Vietnam dalam proses negosiasi menunjukkan betapa seriusnya mereka mengamankan kepentingan ekonominya.
Artikel Terkait
Donald Trump vs Kebijakan Global, Yanuar Rizky: Indonesia Harus Pasang Strategi Jitu!
Perang Dagang AS vs Cina, Warga Amerika Mengeluh dengan Dampak Kebijakan Tarif Donald Trump
Blak-blakan Rudi S Kamri: Ini Titik Terendah Demokrasi Indonesia Sejak Reformasi
Salah Pemerintah! Raymond Chin Ungkap Penyebab Sempitnya Lapangan Kerja di Indonesia
Kemendikti Jangan Lagi Mengobral Izin! Irma Ungkap Skil Perawat Indonesia Tidak Terpakai di Luar Negeri
Trump Naikkan Tarif Impor, Rocky Gerung: Ini Pukulan Telak untuk Ekonomi Prabowo