Selain itu, Ray Rangkuti menyoroti bahwa reformasi dalam pengelolaan migas tidak benar-benar terjadi.
Meskipun pemerintah sebelumnya telah membubarkan entitas yang bermasalah seperti Petral dan menggantinya dengan badan baru, praktik korupsi justru tetap berlanjut.
Pergantian institusi dan pejabat tidak serta-merta menghentikan pola korupsi, karena yang terjadi hanya sekadar pergantian individu tanpa adanya perubahan sistem yang mendasar.
Dugaan bahwa korupsi ini tidak hanya melibatkan individu, tetapi juga adanya kekuatan yang lebih besar di atasnya, semakin menguat.
Ray Rangkuti menegaskan bahwa jika akar permasalahan ini tidak segera ditangani dengan kebijakan yang lebih tegas, maka kasus serupa akan terus berulang di masa mendatang.***
Baca Juga: Jokowi Dikritik Tak Punya Wawasan Akademik, Sobary: Bahkan Gibran Lebih Parah!
Artikel Terkait
Kisruh Korupsi di Pertamina Tanggung Jawab Menteri BUMN dan Presiden, Ungkap Henri Subiakto
Ahok Siap Bersaksi di Kasus Korupsi Pertamina, Adi Prayitno: Ini Momen yang Pas!
Liga Korupsi Indonesia, Rudi S Kamri Beberkan Jawaranya Tahun Ini
Aulia Postiera Ungkap Skandal Korupsi Pertamina, Pertalite yang Dioplos Jadi Pertamax
Sistem Anti-Korupsi Pertamina Dinilai Gagal Total, Eks KPK Desak Tindakan Nyata
Korupsi Lima Tahun? Ahli Konversi ITB: Mekanisme Pengawasan BBM Ketat, Masa Tidak Ada yang Ketahuan