Gus Miftah, menurutnya, berada dalam situasi yang menuntut ketegasan untuk menolak jika diminta kembali, demi menjaga integritas pribadinya.
Lebih jauh, Rocky Gerung mencatat bahwa budaya politik di Indonesia masih kekurangan komunitas yang mampu mengelola diskusi berbasis argumen rasional.
Akibatnya, keputusan-keputusan penting sering kali dibentuk oleh tekanan pragmatisme atau kepentingan kelompok tertentu, bukan oleh nilai moral atau etika publik yang kokoh.
“Tetapi, kemauan kita untuk mengelola stok kalimat di kepala kita itu harus terjadi 0,0 sekian nanodetik sebelum dia diucapkan. Itu kan, apalagi Gus Miftah adalah tokoh. Itu soalnya. Jadi saya kira itu problemnya,” beber Rocky Gerung.***
Baca Juga: Berharap Prabowo Menyelamatkan Rakyat, Dokter Tifa: Mudah-Mudahan Ocehan Saya Didengarkan
Artikel Terkait
Gus Miftah Maulana Mundur, Ade Armando Ingatkan Ada Pelajaran Berharga
Polemik Miftah Maulana Usai, Rudi S Kamri: Tanpa Dia Mengundurkan Diri Pun Pasti akan Dipecat
Terjerat Skandal Miftah Maulana Akhirnya Mundur, Rocky Gerung Desak Menteri Prabowo Selanjutnya
Miftah Mundur, Jokowi Mengunjungi Rumah Prabowo, Rocky Gerung: Sinyal Apa yang Dikirim?
Kritik Rocky Gerung untuk Gus Miftah, Komitmen Etika Harus Dijaga!
Pesantren Gus Miftah Jadi Sorotan: Dibangun Atas Perintah Jokowi Dan Dengan Uang Rakyat?