Hal ini, menurut Bivitri Safitri, memunculkan istilah "intelektual kelas kambing" sebagai sindiran bagi akademisi yang mendukung pemerintah tanpa landasan analisis yang jujur.
Bivitri menyoroti bahwa lemahnya masyarakat sipil ini berdampak pada terciptanya suasana yang kurang kondusif bagi kebebasan berpendapat di Indonesia.
Ia menyatakan bahwa langkah-langkah seperti ini bisa terus berlanjut, mengancam ruang demokrasi di negara ini.
“Nah, kalau dalam ranah formal dibuat santun dan penuh dengan segala macam rekayasa supaya terlihat seperti demokrasi, padahal sebenarnya bukan demokrasi menurut saya,” ujar Bivitri Susanti.***
Baca Juga: Pemborosan Anggaran Negara, Mahfud MD Soroti Kunjungan Kerja Luar Negeri yang Tidak Efektif
Artikel Terkait
Jokowi dan Hitler, Rocky Gerung: Dua Wajah Pemimpin yang Merusak Demokrasi
Paradoks Demokrasi 'Sejuk' dalam Kepemimpinan Prabowo Kritik Ray Rangkuti
Mendekonstruksi Demokrasi, Pandangan Eep Saefulloh terhadap Kepemimpinan Jokowi
Reformasi Terancam, Okky Madasari: Jangan Biarkan Militerisme Menghantui Demokrasi Kita
Kekuasaan dalam Demokrasi, Zainal Arifin Mochtar: Oposisi Kunci Keseimbangan
Irma Suryani Sebut Akrobat Politik Tokoh Pro Demokrasi Hanya Genit-Genitan: Biarkan Saja