Mendekonstruksi Demokrasi, Pandangan Eep Saefulloh terhadap Kepemimpinan Jokowi

photo author
- Sabtu, 2 November 2024 | 11:00 WIB
Pengamat politik Eep Saefulloh (dok youtube spasi)
Pengamat politik Eep Saefulloh (dok youtube spasi)


Bisnisbandung.com - Pengamat politik Eep Saefulloh mengungkapkan pandangannya mengenai Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai representasi dari keburukan dalam praktik demokrasi saat ini.

Menurut Eep Saefulloh fenomena yang terlihat di panggung politik nasional mencerminkan bagaimana kekuasaan dapat mengubah cara berpolitik di Indonesia.

Eep Saefulloh menyoroti pengangkatan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar pada tahun 2017.

Baca Juga: Mengusung Tema 'Transformasi Paradigma Bangsa, Menuju Nusantara Baru', KMHDI Gelar Rakornas XVI di Kota Bandung

Dia mencatat bahwa Hartanto ditunjuk tanpa adanya kontestasi melalui mekanisme aklamasi yang didorong oleh Jokowi.

Calon lain Bambang Susatyo terpaksa mundur dengan cara yang tidak transparan.

Eep Saefulloh menilai tindakan ini sebagai contoh dari "keadilan politik" yang dilakukan Jokowi yang menunjukkan adanya pengaruh besar presiden dalam menentukan arah partai politik.

Perubahan signifikan terjadi dalam kepemimpinan Jokowi antara termin pertama dan kedua.

Dikutip dari youtube spasi, Menurut Eep Saefulloh "Di awal pemerintahannya Jokowi dikenal dengan pendekatan etis, termasuk larangan rangkap jabatan bagi menteri."

Baca Juga: Sinergi BRI dan Ombudsman Republik Indonesia, Gelar Sosialisasi Tingkatkan Kualitas Layanan Publik

Namun seiring berjalannya waktu terutama pada periode kedua Jokowi mulai mengumpulkan pemimpin partai di dalam kabinetnya.

Eep Saefulloh menyebut "Ini sebagai pergeseran dari "Joko" yang idealis ke "Widodo" yang lebih pragmatis menggambarkan pertempuran antara citra politik dan realitas yang ada".

Dalam analisisnya Eep Saefulloh menjelaskan dua model kekuasaan yang dikembangkan Jokowi: loyalitas berbasis insentif dan penyanderaan.

Menurutnya Jokowi berhasil membangun loyalitas dengan memberikan insentif kekuasaan kepada para pendukungnya sekaligus menggunakan ancaman pemenjaraan untuk memastikan loyalitas tersebut.

Baca Juga: Mengapa Gen Z Bisa Kehilangan Pekerjaan dan Sulit Mendapatkan Pekerjaan, Berikut Faktanya

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X