Presiden Prabowo Petarung Politik, Eep Saefulloh: Mau Dibawa Ke Mana Indonesia?

Bisnisbandung.com - Eep Saefulloh Fatah mengungkapkan pandangan kritisnya terhadap masa depan Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto.

Eep Saefulloh menyampaikan bahwa setiap kali terjadi pergantian presiden, muncul pertanyaan besar tentang arah yang akan ditempuh negara ini.

Baginya, harapan masyarakat seringkali melonjak tinggi di awal pemerintahan baru, tetapi ada kebutuhan untuk menakar seberapa realistis harapan tersebut.

Dalam analisisnya, Eep Saefulloh  memaparkan dua sisi pandangan yang sering melekat pada sosok pemimpin baru: mitos dan realitas.

Baca Juga: bank bjb Raih Penghargaan Best Brand Popularity dan Best Social Contribution Reputation di Indonesia Best Financial Awards 2024

Dalam konteks Prabowo, Eep Saefulloh  menyoroti adanya pandangan mitologis yang menggambarkan Prabowo sebagai figur yang dikendalikan oleh Presiden Jokowi.

Hal ini muncul karena peran aktif Jokowi dalam proses pemilu, sehingga banyak yang menduga Prabowo akan sekadar melanjutkan kebijakan pendahulunya.

Namun, Eep Saefulloh juga menekankan bahwa Prabowo bukanlah sosok yang sederhana untuk dirumuskan dalam satu narasi mitologis.

Ia melihat bahwa mitos lain tentang Prabowo sebagai petarung tangguh dan pemimpin yang kuat juga sangat kental.

Baca Juga: Jokowi Disebut Cawe-Cawe di Kabinet Prabowo, Qodari: Justru Itu Bukti Keberlanjutan

“Jangan lupa bahwa Prabowo adalah petarung dalam politik Indonesia. Ia berulang-ulang ikut serta dalam kontestasi, gagal berkali-kali, berulang-ulang menelan pahitnya pil kegagalan, sampai kemudian akhirnya, 2024, mengantarkannya pada kemenangan,” lugasnya.

 Sejak Pilpres 2014, Prabowo dikenal dengan ketegasannya, dan hal ini menjadi bagian dari citra kuat yang dimilikinya.

 Eep Saefulloh menilai bahwa karakter keras dan ulet Prabowo membuatnya tidak mudah dikendalikan, apalagi menjadi boneka dari Jokowi, seperti yang sering dipersepsikan.

Baca Juga: Pengaruh Jokowi Masih Dominan di Kabinet Prabowo, Akbar Faizal: Karena Gibran Telah Selesai