Ia menilai, beberapa menteri yang masuk ke kabinet bukan hanya dipilih karena kompetensi mereka, tetapi juga sebagai bentuk "balas budi" Prabowo terhadap mereka yang dianggap berjasa dalam mendukungnya.
Hal ini, menurut Hendri Satrio, bisa menjadi beban bagi negara di kemudian hari. Ia menyebut kabinet ini sebagai kabinet hasil kemenangan elektoral yang berpotensi menguras anggaran dan sumber daya negara.
Hendri Satrio juga mengamati masuknya Sri Mulyani dalam kabinet ini, yang ia sebut sebagai bagian dari "rezim utang."
Baca Juga: Kabinet Gemuk Prabowo, Prof. Ikrar Nusa Bhakti: Apakah Solusi atau Beban Baru?
Ia menilai kehadiran Sri Mulyani sebagai indikasi bahwa Prabowo ingin melanjutkan kebijakan ekonomi yang fokus pada pengelolaan utang negara.
Namun, Hendri Satrio mengingatkan bahwa fokus ini juga berpotensi menimbulkan masalah di masa depan jika tidak diimbangi dengan kebijakan fiskal yang kuat.
Hendri Satrio melihat kabinet Prabowo sebagai gabungan dari kepentingan politik dan kompromi yang mungkin berujung pada beban bagi negara.
Kabinet ini, menurutnya, bukan hanya refleksi kemenangan elektoral, tetapi juga tanda bahwa banyak kepentingan yang harus diakomodasi oleh Prabowo dalam pemerintahan barunya.***
Baca Juga: Suparman Marzuki: Di Balik Citra Baik Jokowi Ada Bahaya yang Mengintai
Artikel Terkait
Kabinet Prabowo Terlalu ‘Gendut’, Rudi S Kamri Resahkan Biaya Operasional
Rudi S Kamri Tidak Habis Pikir Dengan Prabowo: Loyalis Buta Jokowi Masuk Kabinet
Gibran Harus Tetap Dilantik Bersama Prabowo, Mahfud MD: Politiknya Terlalu Berisiko
50% Isi Kabinet Jokowi Pindah ke Prabowo, Feri Amsari: Gibran Butuh Perlindungan?
Kabinet Gemuk Prabowo, Prof. Ikrar Nusa Bhakti: Apakah Solusi atau Beban Baru?
Perang Melawan Korupsi, Ade Armando: Prabowo Serius atau Sekadar Janji?