Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa politik Indonesia harus berbasis pada rasionalitas dan upaya membangun konsensus.
Fahri Hamzah menegaskan persatuan antara Jokowi dan Prabowo, yang akan dilantik sebagai presiden pada 20 Oktober, menjadi simbol penting kematangan politik nasional.
“Kalau politik ini hanya mengelola orang kecewa, bukan orang yang rasional, itu akan melelahkan dan berbahaya,” tegas Fahri Hamzah.
“Karena orang kecewa bisa naik pitam, bisa hilang akal, dan merusak. Gampang naik darah. Sementara kita harus menurunkan darah,” sambungnya.
Menurut Fahri Hamzah, langkah ini diharapkan dapat menurunkan ketegangan politik dan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih kuat, stabil, dan mandiri di tengah dinamika global yang kompleks.***
Baca Juga: Coblos Semua, Jusuf Kalla: Antara Pilihan Demokratis dan Ketidakpuasan Publik
Artikel Terkait
Habiburokhman Buka Suara Terkait Sindiran ‘Fufufafa’ kepada Prabowo
Sutiyoso Serukan Jenderal TNI Bersatu Dukung Prabowo-Gibran, Saatnya Rapatkan Barisan!
Resmi! Partai Buruh Dukung Prabowo, Ini 6 Tuntutan Pentingnya
Indonesia Diacak-acak Mulyono, Amien Rais: Tugas Presiden Prabowo Nanti Sungguh Sangat Berat
Tantangan Ekonomi Global, Bamsoet Minta Prabowo-Gibran Tingkatkan Basis Pajak
Prabowo di Persimpangan, Grace Natalie: Waktunya Menuntaskan Titipan Jokowi