Meskipun publik disuguhkan narasi ketegangan antara Megawati dan Jokowi, Faizal Assegaf meyakini bahwa keduanya sebenarnya tetap bersatu dalam sebuah persekutuan politik yang saling menguntungkan.
“Fakta menunjukkan bahwa hadirnya Pramono Anung, yang direstui oleh Jokowi dan diusung oleh Ibu Megawati, adalah pertemuan senyawa jahat,” lugasnya.
Kehadiran Pramono Anung, yang direstui oleh Jokowi dan diusung oleh Megawati, dianggap sebagai bukti bahwa tidak ada perpecahan substansial di antara mereka.
Kritikus politik tersebut memperingatkan bahwa situasi ini bisa memicu gelombang protes yang lebih besar di masa depan.
Baca Juga: Paus Fransiskus menggunakan Mobil Inova Zenix di Indonesia
Protes massa yang sebelumnya hanya diarahkan kepada Jokowi, kemungkinan besar akan meluas dan menyasar aktor-aktor lain yang dianggap bertanggung jawab atas rusaknya proses demokrasi di Indonesia.
Pada akhirnya, Faizal Assegaf melihat bahwa keputusan politik yang diambil oleh para elit, khususnya dalam pengusungan Pramono Anung, hanya memperkuat kesan bahwa rakyat telah dikhianati oleh sandiwara politik.
Dengan mengaskan hal ini dirancang untuk mempertahankan kekuasaan di tangan segelintir elit, sementara harapan rakyat untuk perubahan yang lebih baik terus dipadamkan.***
Baca Juga: Langkah Berani Ridwan Kamil Silaturahmi dengan The Jakmania di Tengah Rivalitas Persib dan Persija
Artikel Terkait
Keadilan Politik Harus Kembali! Rocky Gerung: Anies Baswedan Harus Cepat Bikin Partai di Tengah Dinasti Jokowi
Skandal Politik Terbongkar, Faizal Assegaf Bocorkan Konspirasi Anti-Anies
Ikrar Nusa Bakti Ungkap Strategi Politik Anies: Partai, Kekuasaan, atau Koalisi Prabowo?
Ade Armando Ungkap Nama 'Mulyono' di Balik Gagalnya Anies Baswedan
Fahri Hamzah Ungkap Dugaan Manipulasi Politik yang Hambat Anies di DKI
Zulfan Lindan: Keberhasilan Partai Anies Bergantung Pada Kinerja Prabowo