Bisnisbandung.com - Selamat Ginting seorang pengamat militer dari Universitas Nasional mengungkapkan pandangannya mengenai Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) dalam konteks pertahanan negara.
Pernyataan Selamat Ginting tersebut diambil dari unggahan di akun Instagram dekade08.
Selamat Ginting menekankan bahwa Alutsista tidak bisa dianggap sepele dengan menyamakannya dengan produk otomotif yang tersedia secara ready stock.
Baca Juga: Kakak Bupati Bandung, Bang Romy Mohon Doa Restu Masyarakat Untuk Maju di DPR RI
"Kalau bicara tentang alutsista, alat utama sistem senjata, itu tidak bisa kemudian kita mengatakan alutsista bekas atau alutsista usang," tegasnya.
Dalam penjelasannya, Selamat Ginting menyoroti kompleksitas pembuatan Alutsista yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Setidaknya butuh waktu untuk membuat alutsista itu, misalnya 3 tahunan. Jadi kalau kita pesan barang baru, 3 atau 4 tahun kemudian baru selesai," tambahnya.
Selamat Ginting menegaskan bahwa proses ini harus dijelaskan secara khusus karena merupakan ilmu yang spesifik.
"Jadi banyak yang tidak bisa memahami ini karena itu menurut saya, persoalan alutsista ini juga harus dijelaskan karena ini ilmu yang spesifik," ujar Selamat Ginting.
Menyoroti kebutuhan akan kesiapan militer, Ginting menyampaikan bahwa mengoperasikan Alutsista yang baru memerlukan waktu sekitar 7 tahun.
Oleh karena itu, dalam situasi di mana negara dianggap rawan terhadap ancaman geopolitik.
Sehingga pembelian Alutsista yang masih layak pakai menjadi penting untuk menjaga kedaulatan.
Baca Juga: Pelatig Persib Bandung Bojan Hodak Optimis Dengan Skuad Garuda di Piala Asia 2023
Artikel Terkait
Kadin Buka Jendela Visi Misinya Bersama 3 Capres Menuju Indonesia Emas 2045
Kisah Malin Kundang Dijadikan Peringatan oleh Prabowo dalam Kampanye di Sumatera Utara
Ganjar Pranowo Imbau Relawan Tak Pakai Knalpot Brong Saat Kampanye
Janji Cak Imin: Rp 150 Triliun dari APBN untuk Anak Muda Jika AMIN Menang Pilpres
Anies Baswedan Kritik Jalan Rusak di Lampung Timur yang Ganggu Perekonomian
Prabowo Kritik Pimpinan BUMN 'Keenakan' dan Memburuknya Kinerja Dibanding Swasta