Bivitri Susanti menutup analisisnya dengan pernyataan tajam, "Yang dibunuh adalah kebebasan sipil."
Hal tersebut mencerminkan keprihatinan atas pengurangan ruang gerak masyarakat sipil dalam menyuarakan aspirasinya, membuka ruang untuk diskusi lebih lanjut mengenai kebebasan berpendapat dan berorganisasi di Indonesia.***
Artikel Terkait
Capres Prabowo Subianto: Jika Kalah Saya Siap Naik Gunung, Pensiun
Megawati Marah, Pandangan Menarik dari Lensa Diplomat Prof. Hamid Awaluddin
Goenawan Mohamad Sebut Ada Ternak Partai Kalo Sudah Besar Dijual
Sebut Politik Dinasti di Yogyakarta, Ade Armando Buat Video Minta Maaf
Jokowi Tanggapi Pernyataan Mantan Ketua KPK Agus Rahardjo untuk Hentikan Kasus E-KTP
Rocky Gerung Tanggapi Pernyataan Pj Gubernur DKI Jakarta, ASN Berkinerja Buruk Dipindahkan ke IKN