mandalawangi

Legenda Sayembara Empat Putri Cantik di Makam Keramat Marongge

Minggu, 17 April 2022 | 20:35 WIB
buah kukuk inilah yang jadi alat dalam sayembara memperebutkan putri dari mataram (bisnisbandung.com/Irfan Sonjaya)

Bisnis Bandung - Kota Sumedang merupakan sebuah kota kecil, yang berbatasan langsung dengan kota Bandung. Jaraknya dari pusat kota Bandung, lebih kurang 60 kilometer.

Aksebilitas menuju kota ini sangat mudah, jalanan lebar dan mulus menghubungkan Sumedang dengan kota kota lainnya di seluruh Jawa Barat. Masyarakat Sumedang di kenal sebagai masyarakat agraris,sejak jaman dahulu terkenal sebagai salah satu kota yang menjunjung tinggi kebudayaan Sunda,berbagai peninggalan bersejarah bertebaran di wilayah kabupaten ini, terutama dari masa kerajaan Sumedang Larang.

Perjalanan kali ini,agak jauh dari pusat kota Sumedang, tepatnya ke desa Marongge, kecamatan Tomo, kabupaten Sumedang. Di tempat ini terdapat sebuah petilasan yang di kenal dengan nama makam keramat Marongge.

Baca Juga: Pesona Tempat Wisata Baru di Batu Karas, Ada Hutan Mangrove Seluas 5 Hektar

Lokasi wisata ziarah ini sangat asri, terletak di atas perbukitan dengan berbagai fasilitas pendukung yang lengkap, biasanya para pengunjung harus lapor kepada para petugas sebelum melakukan wisata ziarah. Di sebuah perbukitan yang di namakan Gunung Hade terdapat beberapa peninggalan yang pertama ialah tempat petilasan Mbah Aji Putih Jaga Riksa, berupa batu berbentuk menhir dengan di tutupi kain putih.

Sedikit menanjak dari lokasi ini tepatnya di puncak bukit Gunung Hade, terdapat petilasan lain yang berupa meja batu, konon dahulu kala di sinilah tempat Mbah Gabug melakukan semedi. Menurut sejarahnya makam Marongge, adalah makam Embah Gabug dan tiga saudaranya bernama, embah Setayu, embah Naibah dan embah Naidah.

Mereka ini merupakan bala tentara dari Mataram yang di utus oleh Sultan Mataram untuk menangkap raja dari kerajaan Talaga. Konon menurut hikayat yang di sampaikan oleh Abah Dede dari dewan makam Marongge, sang raja Talaga disebutkan telah melakukan penghinaan kepada sang Sultan Mataram.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Panjang Masjid Manonjaya

Singkat cerita karena kesaktiannya sang raja Talaga tidak berhasil di tangkap, bahkan keempat putri yang di utus beserta bala tentaranya takluk kepada sang raja Talaga. Disebabkan takut akan hukuman Sultan Mataram, kemudian mereka meminta izin untuk bermukim di sepanjang kali Cilutung.

Saat ini keempat makam putri ini terletak di dalam sebuah bangunan permanen, para peziarah khususnya perempuan biasanya melakukan tirakat serta tidur di kompleks makam ini. Menurut kuncen yang mengantar kami, biasanya ada sebuah ritual khusus yang di namakan kliwonan, di gelar setiap malam jumat kliwon.

Prosesinya sendiri di mulai tengah malam dengan memanjatkan doa doa kepada sang pencipta, walohualam bissawab. Setelah selesai para peserta ritual ada juga yang mandi di kali Cilutung.

Baca Juga: Ziarah Makam Cut Nyak Dhien di Sumedang

Konon pada masa lalu, di kali Cilutung inilah di langsungkan sayembara oleh keempat putri cantik,yang di ikuti oleh raja raja yang ingin menjadikan putri putri ini sebagai istrinya. Sayembara ini berupa, barang siapa yang bisa menarik kembali sebuah 'kukuk' (buah labu), yang dihanyutkan di sungai,maka orang itulah yang akan menjadi suaminya.

Ternyata, tak seorang pun raja yang berhasil memenangkan sayembara tersebut. Para raja tidak bisa mengalahkan kesaktian keempat putri itu, karena kesaktian keempat putri itulah, akhirnya makam mereka dikeramatkan dan diberi nama Marongge.***

Tags

Terkini

Apa Penyebab Banjir Besar Di Sumatra?

Senin, 8 Desember 2025 | 13:15 WIB

Asal Usul Perayaan Imlek di Indonesia

Jumat, 24 Januari 2025 | 11:30 WIB

Pura Ulun Danu Di Bedugul, Tempat Pemujaan Dewa Wisnu

Senin, 25 November 2024 | 20:00 WIB

Cek Lokasi Wellness Tourism, Mungkin Ada Di Dekatmu

Minggu, 24 November 2024 | 13:00 WIB