Bisnis Bandung – Penggunaan energi yang tinggi dalam proses penambangan Crypto khususnya Bitcoin kembali memunculkan kebijakan pelarangan negara.
Kali ini Swedia yang dikenal ramah terhadap penambangan Crypto Bitcoin baik berbasis perorangan maupun perusahaan, mengeluarkan kebijakan pelarangan penambangan Crypto.
Swedia disebut ingin mengalihkan energi yang digunakan oleh penambang Crypto seperti Bitcoin ke operasi yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak di negaranya.
Baca Juga: Samsung Mengeluarkan Chip Baru yang Lebih Efisien untuk Industri Pertambangan Crypto
Kebijakan ini terjadi seiring meningkatnya permintaan energi di negara tersebut sehingga tenaga yang dialirkan ke penambanga Crypto Bitcoin akan dialihkan ke proyek lain yang mampu menciptakan lapangan kerja.
Menteri Energi Swedia Khashayar Farmanbar mengatakan hal tersebut kepada Bloomberg News.
“Kami membutuhkan energi untuk hal-hal yang lebih berguna daripada Bitcoin, jujur saja. Kami bergerak dari periode administrasi ke ekspansi ekstrem di mana seluruh industri manufaktur kami berusaha untuk menggemparkan” Kata Farmanbar.
Permintaan listrik negara telah meningkat karena peningkatan kegiatan pertambangan Crypto. Pusat data hanya menggunakan sebagian kecil dari kekuatan Swedia saat ini, dengan pangsa penambangan Crypto yang bahkan lebih kecil.
Namun, perkiraan kedepannya menunjukkan bahwa permintaan listrik dari operasi pertambangan Crypto dapat tumbuh 8x pada tahun 2040.
Angin Swedia dan listrik tenaga air yang terjangkau dan iklim dingin membuat lingkungan yang sempurna untuk penambang Crypto.
Swedia sendiri tidak mengungkapkan data industri pertambangan secara publik. Oleh karena itu, sulit untuk memperkirakan ukuran operasi penambangan.
Namun, diketahui bahwa negara tersebut menampung raksasa pertambangan, termasuk Teknologi Blockchain Hive Kanada dan Genesis Mining Hong Kong.
Menurut Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge, Swedia menyumbang 0,84% dari rata-rata hashrate global bulanan berdasarkan angka dari Januari 2022. Negara ini juga berada di peringkat ke-27 di antara negara-negara dengan konsumsi listrik tahunan tertinggi untuk penambangan Bitcoin, dengan total konsumsi sebesar 124.609 terawatt-jam.