Nama Masterista, Rinda menjelaskan, berarti barista atawa ahli pembuat kopi profesional. “Filosofinya, produk kami dibuat untuk para profesional di sektor horeka (hotel, restoran, dan kafe),” imbuhnya.
Saat ini, jumlah pelanggan tetapnya mencapai 1.000 customer. Sebanyak 30%–50% di antaranya melakukan pemesanan serbuk minuman setiap bulan. Sisanya dua bulan sekali.
Status usahanya pun naik menjadi perseroan terbatas (PT) pada akhir 2018 lalu. Namanya: PT Masterinda Anugerah Solusindo (MAS).
“Nanti, kalau suatu saat bisa IPO (penawaran umum perdana), kan bagus, bisa memakai sandi saham EMAS,” kata Rinda yang mengincar omzet Rp 1 miliar per bulan atau naik dua kali lipat dari pendapatan bulanan saat ini.
Masalah karyawan
Tiga tahun bisnis Masterista bergulir, Rinda mengembangkan sayap usaha dengan mendirikan kedai kopi. Kali ini, dengan mitra yang berbeda, yang tak lain adalah sang suami, Ryan Berti. Ia mengusung nama What’s Good Coffee.
Maklum, suaminya merupakan konsultan kopi yang sering membuat video-blogging (vlog) dengan pengikut mencapai ratusan ribu. Walhasil, banyak orang yang kerap datang ke rumah untuk ngobrol soal kopi.
“Tapi, saya pikir, enggak bisa begini melulu, harus ada tempat lain buat nongkrong. Saya bilang ke suami, untuk bikin kedai kopi. Apalagi, saya punya produk bubuknya. Ibaratnya Thanos (tokoh penjahat dalam film Avengers), tinggal menjentikkan jari,” beber dia.
Suami pun setuju. Rinda lalu membuka kedai kopi di Kemang, Jakarta Selatan, pada Juli 2018. Di hari pembukaan, yang datang langsung sekitar 100 orang.
Padahal, karyawan baru satu orang. Rinda yang sedang hamil tua pun terpaksa turun tangan, ikut membantu melayani konsumen.
Perkembangan bisnis kedai kopinya terbilang pesat. Belum ada satu tahun, dia buka dua cabang, tepatnya Februari lalu.
Satu di daerah Pejaten, satu lagi di Permata Hijau, bareng sama kantor Masterista. “Yang Pejaten kerjasama, jadi bagi hasil. Saya enggak ngoyo. Dan buat saya, 2019 adalah tahun kolaborasi. Kalau enggak kolaborasi akan mati,” jelasnya.
Salah satu perjuangan paling berat dalam merintis usaha, terutama saat awal-awal merintis Masterista, Rinda bilang, adalah mencari sumber daya manusia (SDM) yang tepat.
Banyak karyawan yang tidak bisa mengikuti ritme kerjanya. Belum lagi, ada yang baru kerja langsung pinjam duit.
Untuk itu, Rinda membuat standar operasional prosedur (SOP) untuk karyawan. “Karena buat saya, SOP landasan banget. Jadi, walaupun saya enggak di kantor, karena ada SOP tetap bisa jalan. Jadi, SOP semacam pilot,” ujar dia.