Permintaan pertama datang dari pemilik kedai kopi di Sidoarjo, Jawa Timur. Tidak langsung beli, tetapi minta sample terlebih dahulu.
Felix pun mengirim contoh kopi hasil olahannya dengan biaya jadi tanggungan si pembeli. “Inilah cikal bakal saya jualan ke luar Flores lewat internet. Dan sampai sekarang, dia masih jadi pelanggan setia kami,” ujarnya.
Permintaan dari luar Flores pun mulai mengalir deras. Awalnya, bahan baku masih berasal dari kebun kepunyaan keluarga.
Namun, seiring pesanan yang meningkat, Felix pun membeli dari pekebun kopi lainnya.
Tentu, dengan harga yang lebih tinggi dari biasanya. “Harga jual kopi ke luar daerah bisa tiga kali lipat dari harga jual di Flores,” bebernya. Saat ini, ia menggandeng sekitar 100 pekebun kopi, dengan luas lahan garapan 50 hektare.
Penjualan kian meningkat setelah datang pembeli dari Korea Selatan pada 2016. Mulanya, pembeli dari negeri ginseng ini bertanya soal metode pengolahan Kopikita.
“Saya tunjukkan, caranya adalah full wash. Ternyata, mereka tidak suka dan mau proses yang semi wash,” ungkap Felix.
Metode pengolahan ini, dia menjelaskan, hampir sama dengan full wash. Bedanya, terletak pada pengupasan kulit kopi kering.
Pengupasan semi wash dengan kondisi biji kopi masih basah, dengan kadar air sekitar 40%–50%, baru dijemur. Sementara kadar air kopi di pengolahan full wash 11%–12%.
Dari tampilannya warnanya, dia menyebutkan, biji kopi hasil pengolahan semi wash lebih hijau. Pasca melewati proses roasting, aromanya lebih lembut (creamy). “Setelah saya seduh, aromanya seperti yang sering saya temukan di kedai Starbucks,” katanya.
Berangkat dari permintaan pembeli asal Korea itu, Felix akhirnya membeli mesin produksi untuk mendukung pengolahan semi wash. “Saya pasarkan dan orang yang beli penasaran. Mereka bertanya, apa benar ini kopi bajawa. Inilah yang jadi cikal bakal Kopikita lebih besar lagi,” tambah Felix.
Selain Korea, Felix mengekspor produk kopinya ke Amerika Serikat dan Italia. Tak kurang 7.000 kilogram kopi ia kirim ke luar negeri.
Yellow Caturra
Meski begitu, perjalanan bisnisnya enggak mulus-mulus amat. Dia pernah mengalami kejadian pahit, kena tipu pembeli pada 2015 sehingga merugi puluhan juta rupiah.
Modusnya, ia membeberkan, si pembeli datang langsung ke Bajawa kemudian meneken kontrak pembelian dan membayar sebagian dari total nilai pesanan.