Memulai Usaha dan Mengangkat Nama Kopi Bajawa

photo author
- Kamis, 14 Maret 2019 | 12:45 WIB
Memulai Usaha dan Mengangkat Nama Kopi Bajawa
Memulai Usaha dan Mengangkat Nama Kopi Bajawa

KOPI bajawa semakin populer, setelah film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang tayang di bioskop pada 2016 lalu menyebut nama kopi asal Flores, Nusa Tenggara Timur, itu. Dalam adegan di sebuah kedai kopi di daerah Yogyakarta, Cinta dan Rangga menyeruput kopi bajawa.

Tapi, jauh sebelum film yang menyedot 3,66 juta penonton tersebut mengangkat kopi bajawa, Felix Soba Meo sudah lebih dulu mempopulerkan kopi Arabica yang tumbuh di Bajawa, Kabupaten Ngada, yang berada di Pulau Flores itu.

Sejak 2008, pria kelahiran Bajawa, 24 Agustus 1974, ini merintis usaha kopi dengan mengibarkan merek Kopikita Bajawa. Kini saban bulan, ia memproduksi 3,5 ton hingga 4 ton kopi bubuk juga biji berupa green bean dan roast bean. Harga jualnya berkisar Rp 70.000 per kilogram (kg).

Nama Kopikita punya arti. “Saya ingin, orang yang membeli dan merasakan kopi bajawa berpikir, bahwa ini adalah kopi kita, bukan hanya milik orang Bajawa,” jelas Felix.

Kebanyakan pembeli kopi bajawa hasil olahan Felix berasal dari Jakarta dan Malang. “Lebih banyak pesan biji yang belum digoreng, karena, kan, mereka punya coffee roaster yang bagus,” kata dia.

Sejatinya, ia mengungkapkan, dirinya melanjutkan usaha keluarga. Ketujuh kakaknya memilih menjadi pekebun kopi ketimbang mewarisi bisnis kopi milik sang ayah yang meninggal dunia pada 2008 silam.

Tapi, keinginan memperbaiki harga jual kopi di tingkat petani jadi dorongan jebolan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta ini meneruskan bisnis kopi ayahnya.

Selama ini, menurut Felix, para pekebun kopi di Bajawa menjual hasil panen kepada pemroses lokal yang tergabung dalam unit pengelola hasil binaan pemerintah daerah setempat. “Dengan harga jual yang segitu-gitu saja sejak dulu,” ungkapnya.

Memang, Felix baru memegang kendali penuh usaha sepeninggalan sang ayah. Namun, semenjak 2004, dia mulai terlibat.

Ia berkisah, proses pembuatan kopi masih menggunakan cara dan alat tradisional, belum memakai mesin. Termasuk, saat penumbukan biji menjadi bubuk memakai lesung.

Ubah pengolahan

Berkat internet yang masuk ke Bajawa pada 2006, proses pembuatan kopi pun berubah. Dari dunia maya, Felix mendapatkan banyak informasi mengenai standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan kopi yang baik. “Saya ikuti SOP-nya, dan ternyata banyak yang suka dengan kopi buatan saya,” imbuh dia.

Felix pun mulai memakai mesin untuk pembuatan kopi. Misalnya, grader untuk menyortir biji kopi dan huller buat mengupas kulit kopi kering. Lalu, mesin tester untuk mengukur kadar air pada kopi.

Internet pula yang membawa Kopikita ke luar dari Flores menuju Jawa. Saat jaringan internet di tanah kelahirannya makin stabil pada 2012, ia mulai menawarkan produknya lewat media sosial Facebook.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X