PLATFORM pay later belakangan ini tengah menjadi tren. Sejumlah perusahaan bahkan berlomba-lomba mempromosikan kemudahan untuk fasilitas 'beli sekarang bayar belakangan' yang dapat dipakai untuk traveling, pembelian makanan, transportasi hingga produk konsumsi lainnya.
Layanan ini tentunya memudahkan konsumen, namun jika kamu tidak berhati-hati, lilitan utang bakal menghantui.
Grant Thornton, salah satu organisasi global terkemuka yang menyediakan jasa assurance, tax, dan advisory merangkum lima risiko penggunaan pay later yang perlu diketahui.
Nah, sebelum menggunakan aplikasi pay later, pahami dulu sejumlah risiko berikut.
Perilaku Konsumtif Berlebihan
Tanpa disadari dengan kemudahan untuk membeli sekarang bayar belakangan, memberikan dorongan impulsif dalam keputusan pembelian yang seringkali justru jatuh kepada barang-barang yang tidak diperlukan.
Jangan lupa, pelaku usaha juga memiliki strategi melakukan promo untuk menghabiskan produk mereka yang tidak terlalu laku.
Biaya yang Tak Disadari
Masyarakat, terutama milenial sangat menyukai kecepatan dan kepraktisan. Terkadang mereka tidak memahami berbagai biaya yang langsung aktif di saat mereka menggunakan fitur pay later, seperti biaya subscription, biaya cicilan, dan biaya lainnya yang dapat berbeda dari tiap aplikasi.
Biaya ini seringkali memberatkan disaat tagihan datang.
Mudahnya pembelian fasilitas pay later dari berbagai aplikasi seringkali dapat mengganggu pengaturan keuangan pribadi dengan banyaknya cicilan yang datang.
Dana yang disisihkan untuk membayar tagihan pay later juga dapat terpakai untuk keperluan tak terduga sewaktu-waktu sehingga menimbulkan risiko tidak mampu bayar yang tinggi .
Penunggakan Berisiko pada BI Checking
Melalui BI checking, lancar atau tidaknya pembayaran nasabah akan terlihat jelas. Jika terjadi tunggakan transaksi pada pay later, tagihan tersebut akan menyebabkan catatan reputasi kredit yang buruk.