BisnisBandung.com – Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang meskipun sudah dewasa secara usia, namun bersikap layaknya anak-anak? Sifat seperti ini dikenal dengan istilah childish.
Istilah childish sering digunakan untuk menggambarkan perilaku yang kurang matang, tidak serius, atau cenderung kekanak-kanakan. Meskipun sering kali bernada negatif, sifat ini sebenarnya memiliki konteks yang kompleks dan tidak bisa digeneralisasi begitu saja.
Apa Itu Sifat Childish?
Dalam praktik klinis, banyak psikiater menemukan bahwa salah satu penyebab umum dari masalah seperti depresi, kecemasan, atau konflik dalam hubungan adalah karena seseorang belum matang secara emosional.
Menurut World Journal of Clinical Pediatrics (2018), usia fisik dapat dihitung berdasarkan tanggal lahir, sementara usia emosional lebih tampak dari bagaimana seseorang mengatur emosi dan perilakunya.
Sebagai contoh, orang dewasa yang sehat secara emosional biasanya bisa mengendalikan amarah dan mempertimbangkan kata-kata sebelum berbicara. Sebaliknya, individu yang belum dewasa secara emosional cenderung impulsif dan mudah meledak.
Baca Juga: Denny Siregar Sindir Ade Armando Jadi Komisaris PLN: “Kompetensinya Apa, Menjilat?”
Perbedaan Antara Usia Emosional dan Fisik
Seseorang dapat berusia dewasa secara fisik, namun masih memiliki kedewasaan emosional seperti anak-anak. Dikutip dari MedlinePlus, sifat childish bisa berkembang menjadi gangguan kepribadian jika tidak ditangani dengan baik.
Gangguan kepribadian ini ditandai dengan pola pikir dan perilaku yang tidak fleksibel, serta dapat menyebabkan kesulitan dalam hubungan sosial maupun pekerjaan.
Ciri-Ciri Orang dengan Sifat Childish
Mengutip dari Healthline dan jurnal Mental Disorders in Early Childhood (2015), berikut adalah ciri-ciri umum dari orang yang bersifat childish:
-
Enggan Membahas Hal Serius
Orang childish cenderung menghindari percakapan mendalam karena belum bisa memahami atau menghadapi emosinya sendiri. Mereka kerap menggunakan pengalihan seperti tertawa, mengganti topik, atau menunda pembicaraan. -
Cenderung Egois
Mereka sering menjadikan segala hal tentang diri mereka sendiri, bahkan di situasi yang tidak sesuai. Hal ini menunjukkan kurangnya empati dan pemahaman bahwa dunia tidak berpusat pada mereka. -
Sikap Defensif Berlebihan
Ketika dikritik, mereka bisa langsung bersikap sinis atau merendahkan orang lain, alih-alih introspeksi. Misalnya dengan ucapan seperti “kepo amat” atau “lagi PMS, ya?” -
Takut Berkomitmen
Mereka merasa cemas ketika membicarakan masa depan atau hubungan yang serius, dan sering kali menghindar dari pertemuan dengan keluarga pasangan atau diskusi tentang rencana jangka panjang.