bisnisbandung.com - Jika mendengar generasi Z dan milenial, mereka memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan muncul banyak kosa kata baru.
Bahasa Indonesia yang baku malah jarang terdengar lagi diucapkan oleh para generasi muda saat ini, mereka lebih memilih gaya Bahasa campuran Indonesia dan asing, yang disebut Code Mixing.
Pergeseran dalam penggunaan Bahasa Indonesia semakin terlihat di kalangan generasi Z dan milenial.
Baca Juga: Hasto Tidak Ditahan? Ruhut Sitompul: Semua Ini Terjadi Setelah Jokowi dan Keluarganya di Pecat
Fenomena ini dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan teknologi dan dominasi budaya pop global, seperti tren Korean Wave (K-Pop).
Menurut jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Negeri Medan dalam Trending: Jurnal Ekonomi, Akuntansi dan Manajemen (Vol. 3, No. 1, Januari 2025), perubahan ini menantang kelestarian kaidah bahasa baku Indonesia.
Penelitian menunjukkan bahwa media sosial, seperti TikTok dan Instagram, menjadi ruang bagi generasi muda untuk bereksperimen dengan bahasa.
Baca Juga: Lucu! ungkap Alifurrahman: Deddy Corbuzier Samakan Makan Siang Gratis dengan Nasi Kotak Artis
"Generasi Z dan milenial cenderung menggunakan bahasa yang lebih santai dan informal, menciptakan fleksibilitas yang mencerminkan arus globalisasi," tulis Dewani et al. (2024).
Selain itu, budaya pop global seperti drama dan musik Korea juga memperkenalkan kosa kata baru yang diadopsi dalam percakapan sehari-hari, seringkali dalam bentuk campuran Bahasa Indonesia dan asing.
Penggunaan campuran bahasa, atau code-switching dan code-mixing, menjadi hal yang lumrah di kalangan generasi ini.
Misalnya, penggunaan kata "guys" untuk menyapa teman-teman telah menjadi tren populer. Namun, hal ini juga memicu kekhawatiran terkait penurunan kualitas bahasa baku.
Sebagai solusi, Ardiyansyah (2023) merekomendasikan peningkatan pendidikan bahasa melalui kurikulum yang diperkuat dan program interaktif.
Baca Juga: Selamat Ginting Menduga Strategi Prabowo untuk Melawan Jokowi: Menko akan Dihapuskan