bisnisbandung.com - Ekspansi maritim Cina melalui Belt and Road Initiative (BRI) semakin mengukuhkan posisinya sebagai kekuatan ekonomi dan geopolitik global.
Dengan menguasai pelabuhan strategis di Asia, Afrika, dan Eropa, Cina tidak hanya mengamankan jalur perdagangan internasional, tetapi juga memperkuat pengaruh ekonomi dan militernya.
Dilansir Bisnis Bandung dari youtube Doczon, lebih dari 80% perdagangan dunia dilakukan melalui jalur laut, menjadikannya faktor krusial dalam stabilitas ekonomi global.
Baca Juga: Mahfud MD Sentil DPR, Pemberhentian Kepala Lembaga Bukan Kewenangan Kalian!
Jalur maritim seperti Selat Malaka, Terusan Suez, dan Selat Hormuz menjadi pusat perdagangan dunia yang strategis.
Negara yang mengendalikan jalur ini otomatis memiliki kekuatan besar dalam perdagangan internasional.
Sebagai eksportir terbesar dunia, Cina menyadari ketergantungannya pada jalur maritim bisa menjadi kelemahan.
Oleh karena itu, Cina menerapkan strategi untuk menguasai pelabuhan global melalui investasi infrastruktur dengan membangun dan memperluas pelabuhan menggunakan dana miliaran dolar untuk mendapatkan hak pengelolaan jangka panjang.
Baca Juga: Rahasia Terungkap! Rinny Budoyo: Sosok Ini Disiapkan Ibu Megawati Jadi Pemimpin PDI Perjuangan
Selain itu, Cina juga mengakuisisi saham mayoritas di perusahaan pengelola pelabuhan luar negeri melalui China Ocean Shipping Company (COSCO).
Metode lainnya adalah debt-trap diplomacy, di mana Cina memberikan pinjaman besar kepada negara berkembang untuk pembangunan pelabuhan. Jika gagal membayar, negara tersebut harus menyerahkan pelabuhan ke Cina.
Beberapa pelabuhan penting yang kini berada di bawah kendali Cina antara lain Hambantota di Sri Lanka yang disewa ke Cina selama 99 tahun setelah gagal membayar utang sebesar 1,3 miliar dolar.
Gwadar di Pakistan yang memberikan akses strategis ke Teluk Persia dan rute energi Timur Tengah, Piraeus di Yunani yang menjadi pintu utama ekspor Cina ke Uni Eropa setelah COSCO membeli 67% saham pelabuhan ini.