bisnisbandung.com - Pakar inovasi digital Dr. Indrawan Nugroho menyoroti bahwa regenerasi kepemimpinan di perusahaan besar bukanlah proses sederhana, meski kerap dipromosikan sebagai langkah strategis dan visioner.
Menurut pandangannya, banyak organisasi justru terjebak pada ilusi perubahan karena hanya mengganti figur, tanpa menyentuh akar persoalan di dalam sistem dan budaya kerja.
Dr. Indrawan melihat bahwa sejumlah perusahaan besar, termasuk chaebol di Korea Selatan, masih dibayangi struktur hierarkis yang kaku.
Baca Juga: Gelombang Regenerasi Guncang Chaebol Korea Selatan di Tengah Tekanan Persaingan Global
Dalam kondisi tersebut, eksekutif muda yang dipromosikan ke posisi strategis sering kali masuk ke lingkungan kerja yang belum siap berubah.
Birokrasi yang panjang, budaya senioritas, serta pola pengambilan keputusan lama membuat percepatan regenerasi tidak berjalan secepat yang diharapkan.
Ia menilai jarak antara ekspektasi dan realitas menjadi persoalan utama. Di satu sisi, perusahaan ingin bergerak lebih lincah menghadapi persaingan global.
Di sisi lain, pemimpin muda kerap tidak mendapatkan kewenangan penuh, dukungan sistem, maupun pembekalan kepemimpinan yang memadai. Akibatnya, regenerasi berisiko hanya menjadi kosmetik, tampak berubah dari luar, namun stagnan di dalam.
Dalam pandangan Dr. Indrawan, tantangan terbesar justru datang dari pemimpin senior yang belum sepenuhnya melepaskan kendali.
Baca Juga: Internet Rakyat Tuai Sorotan, Terkuak Rahasia Bisnis di Balik Harga Murah 100 Mbps Rp100 Ribu
“Dibutuhkan pemimpin yang lebih dekat dengan dunia digital, lebih lincah membaca tren, dan berani mengambil risiko,” ungkapnya di YouTube pribadinya.
“Bukan cuma soal usia, Samsung juga mulai mengubah komposisi ruang rapat. Jika dulu posisi eksekutif sangat didominasi pria Korea senior, kini mereka mulai membuka ruang lebih lebar bagi perempuan dan ekspatriat,” terusnya.
Walaupun secara formal telah terjadi pergantian jabatan, pengaruh informal pemimpin lama masih sangat kuat dan menentukan arah perusahaan.
Situasi ini membuat upaya pembaruan sering kali terbentur tembok tak terlihat yang menghambat inovasi.