bisnisbandung.com - Influencer bisnis Raymond Chin memaparkan sisi lain Huawei yang dinilainya jarang diketahui publik.
Ia menyoroti bagaimana perusahaan teknologi asal China itu memicu kekhawatiran serius di tubuh pemerintahan Amerika Serikat, mulai dari Pentagon hingga lembaga intelijen seperti FBI dan CIA.
Menurut Raymond, reaksi keras Amerika terhadap Huawei bukan sekadar soal persaingan pasar gadget. Berbeda dengan sikap AS terhadap merek-merek China lain seperti Xiaomi, Oppo, atau Vivo, kehadiran Huawei dianggap menyentuh ranah strategis yang jauh lebih sensitif.
Baca Juga: Heboh Akun Palsu Bernada Provokasi Berseliweran, Rocky Gerung Rilis Klarifikasi
Hal inilah yang membuat pemerintah Amerika mengeluarkan berbagai kebijakan pembatasan, mengubah regulasi, dan mengajak negara-negara Eropa untuk memblokir akses teknologi Huawei secara global.
“Perusahaan ini saking kuatnya, negara sekuat Amerika harus ngubah undang-undangnya, ngajak semua partner-partner di Eropa buat ngeblokir akses teknologi global mereka,” ungkapnya di YouTube pribadinya.
Raymond menyoroti perjalanan Huawei yang berulang kali menghadapi upaya pemblokiran. Perusahaan itu pernah diputus dari layanan Google, dilarang membeli chip buatan Amerika, hingga petingginya ditahan di luar negeri.
Secara logika bisnis, langkah-langkah tersebut merupakan bentuk “hukuman mati” bagi perusahaan teknologi modern.
Baca Juga: SD YAS 2 Galang Donasi untuk Bantuan Korban Banjir Sumatra
Namun yang mengejutkan, Huawei justru bangkit lebih kuat pada 2024–2025. Pendapatannya mencapai hampir Rp800 triliun dan kembali menempati posisi puncak pasar ponsel di China, menyalip Vivo, Xiaomi, dan Apple.
Bahkan, dominasi Apple di pasar smartwatch berhasil digeser Huawei dalam waktu singkat. Raymond menilai kondisi ini tidak mungkin terjadi jika Huawei sekadar perusahaan gadget.
Raymond menjelaskan bahwa kekuatan Huawei tidak terletak pada produk konsumen, melainkan pada infrastruktur telekomunikasi global.
Perusahaan tersebut bersaing pada level yang sama dengan Cisco, Ericsson, dan Nokia, bukan hanya dengan pembuat smartphone.
Huawei memegang porsi besar dalam pembangunan jaringan telekomunikasi dunia, mencakup perangkat 4G dan 5G di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Berbagai data memperlihatkan ketergantungan jaringan global yang mencapai 60-70 persen pada teknologi mereka. Huawei juga menguasai lebih dari 20 persen paten 5G dunia, menjadikannya pemain utama dalam pengembangan teknologi jaringan masa depan.