bisnis

Raymond Sebut Penghalang Mega Merger GoTo-Grab Runtuh, Pasca Mundurnya Patrick Waluyo

Rabu, 3 Desember 2025 | 18:00 WIB
Raymond Chin, Influencer Bisnis (Tangkap layar youtube Raymond Chin)

bisnisbandung.com - Influencer bisnis Raymond Chin menilai keputusan mundurnya Patrick Waluyo dari posisi CEO GoTo menjadi sinyal penting bagi arah industri teknologi Indonesia.

Menurut analisisnya, langkah tersebut tidak sekadar pergantian pucuk pimpinan, tetapi indikasi kuat bahwa hambatan terbesar menuju potensi merger antara GoTo dan Grab telah hilang.

Raymond menyoroti fenomena tidak biasanya ketika harga saham GoTo justru naik setelah pengumuman pengunduran diri CEO-nya pada 24 November 2025.

Ia memandang reaksi pasar sebagai tanda bahwa investor institusi melihat momentum baru yang lebih positif terhadap masa depan perusahaan, terutama terkait spekulasi merger yang selama bertahun-tahun selalu mengemuka namun tak pernah terwujud.

Baca Juga: Bocor! Eks Karyawan Ungkap Siasat IMIP Morowali Sembunyikan TKA China Saat Sidak

“Pas Patrick mundur, market tuh enggak ngelihat ini sebagai berita buruk, tapi sebagai sinyal asap terakhir bahwa hambatan paling gede tembok terakhir yang ngalangin mega merger antara Goto dan Grab akhirnya runtuh,” ucapnya di YouTube pribadinya.

Menurut pandangannya, keluarnya Patrick Waluyo dianggap sebagai isyarat terakhir bahwa negosiasi besar antara dua raksasa layanan transportasi dan teknologi tersebut semakin mendekati finalisasi.

“Ini benar-benar setelah bertahun-tahun ya, isu merger yang selalu jadi hantu: muncul dibantah, muncul dibantah. Dan alasannya selalu sama: nasionalisme, anti monopoli, kompetisi sehat. Tapi hari ini gue lebih berargumen bahwa era itu udah habis,” dugaannya.

Ia menilai isu nasionalisme dan kekhawatiran monopoli yang selama ini menjadi alasan penolakan merger sudah tidak lagi menjadi faktor dominan.

Baca Juga: Heboh Lagi Soal PT IMIP Morowali, Eks Karyawan Bocorkan Informasi Penting ke Media

Raymond juga menilai waktu mundurnya Patrick tidak terjadi secara kebetulan. Ia mengaitkannya dengan peran lembaga investasi negara, Danantara, yang dinilai tengah agresif mengambil posisi strategis di ekosistem digital.

Dalam perspektifnya, kombinasi dua momen itu memperlihatkan bahwa proses besar di balik layar kemungkinan sudah mencapai tahap akhir.

Raymond mengulas kembali latar belakang Patrick Waluyo sebagai investor private equity, bukan eksekutif karier.

Ia menilai keputusan Patrick turun tangan pada 2023 merupakan misi penyelamatan karena kondisi GoTo saat itu berada pada titik kritis dengan kerugian besar dan tekanan kompetisi yang intens.

Baca Juga: Polemik Ijazah Memanas, Pakar Hukum UI Ingatkan Proses Pembuktian Tak Sederhana

Halaman:

Tags

Terkini