bisnisbandung.com - Setelah diakuisisi oleh Public Investment Fund (PIF) Arab Saudi senilai 55 miliar dolar AS, perusahaan game raksasa Electronic Arts (EA) dinilai menghadapi tantangan besar untuk melakukan reformasi budaya kerja dan model bisnisnya.
Pakar inovasi digital Dr. Indrawan Nugroho menilai keberhasilan akuisisi ini tidak hanya bergantung pada aspek finansial, tetapi juga pada kemampuan EA memperbaiki reputasi dan hubungan dengan komunitas pemainnya.
“Jika EA mampu melakukannya, mereka bukan hanya memulihkan kepercayaan pemain, tapi juga menetapkan standar baru bagi industri,” imbuhnya dilansir dari youtube pribadinya.
Baca Juga: Terjadi PHK Massal di Pabrik Ban Cikarang, Sufmi Dasco Ahmad Lakukan Sidak
EA dikenal sebagai salah satu perusahaan paling berpengaruh di industri game global. Namun, di balik kesuksesan finansialnya, perusahaan ini telah lama dikritik karena budaya kerja yang keras (crunch culture) dan strategi monetisasi yang kontroversial.
Sejak awal 2000-an, laporan mengenai jam kerja ekstrem dan tekanan berlebih terhadap karyawan telah mencoreng citra internal perusahaan.
Selain itu, model microtransaction dan lootbox yang diterapkan EA selama bertahun-tahun dianggap terlalu agresif dan merugikan pemain.
Kontroversi besar meledak saat perilisan Star Wars Battlefront II, di mana sistem pembayaran tambahan menimbulkan kecaman luas hingga mendorong intervensi regulator Eropa.
Belgia bahkan melarang mekanisme lootbox, sementara Belanda sempat membatasi praktik tersebut sebelum akhirnya dicabut pada 2022.
Meski EA sempat melakukan penyesuaian pada sistem monetisasi, reputasi perusahaan belum sepenuhnya pulih.
Para pemain kini lebih kritis terhadap praktik bisnis game dan menuntut transparansi serta keadilan dalam setiap transaksi digital.
Pakar menilai, EA perlu mengadopsi model monetisasi yang lebih etis dan berfokus pada pengalaman pemain, seperti yang diterapkan oleh Fortnite dan Genshin Impact, yang berhasil meraih keuntungan besar tanpa menekan pengguna.
Tantangan besar lainnya adalah membangun kembali kepercayaan komunitas gamer melalui penguatan tiga waralaba utama EA: The Sims, Battlefield, dan EA Sports FC.
Baca Juga: Gaya Menkeu Purbaya Dinilai Terlalu Agresif, Agung Baskoro Singgung Nalar Politik