bisnis

Nissan Game Over? Indrawan Nugroho: Mereka Sering Terlambat Membaca Perubahan Pasar

Jumat, 24 Januari 2025 | 22:00 WIB
Dr. Indrawan Nugroho Pakar Inovasi Digital dan Manjemen Strategis (Tangkap layar youtube Dr. Indrawan Nugroho)

bisnisbandung.com - Nissan, salah satu ikon otomotif dunia, kini menghadapi ancaman besar terhadap keberlangsungan bisnisnya.

Menurut Indrawan Nugroho, pakar inovasi digital dan manjemen, krisis yang melanda Nissan adalah hasil dari kegagalan mereka dalam membaca perubahan pasar secara cepat.

“Sayangnya, mereka sering terlambat membaca perubahan pasar, seperti ketika muncul tren SUV di tahun 1990-an,” ungkapnya dilansir Bisnisbandung dari youtube pribadinya, Jumat (24/1/25).

Baca Juga: Dedi Mulyadi Minta Sekda Tegur dan Bongkar Pagar Laut Tak Berizin

Situasi ini semakin diperburuk oleh sejumlah kesalahan strategi yang dilakukan selama beberapa dekade terakhir.

Indrawan mencatat bahwa meskipun Nissan memiliki sejarah panjang dengan inovasi besar, seperti Datsun 240Z dan Nissan Leaf sebagai pelopor kendaraan listrik, perusahaan ini sering kehilangan momentum.

 Contohnya adalah ketidakmampuan Nissan menangkap tren SUV pada era 1990-an dan kurangnya pengembangan berkelanjutan pada kendaraan listrik saat ini.

“Bahkan terhembus kabar bahwa Nissan di ambang kebangkrutan, disusul baru-baru ini dengan kabar tentang rencana merger antara Nissan dan juga Honda,” jelasnya.

Baca Juga: Akal-Akalan di Balik Pagar Laut Banten, Rocky Gerung Curiga Ada Kongkalikong di Balik Sertifikat HGB

Di tengah lonjakan permintaan SUV pada masa itu, Nissan hanya menawarkan model seperti Pathfinder dan Terrano yang tidak cukup kompetitif dibandingkan dengan Toyota RAV4 dan Honda CR-V.

Begitu pula dalam pasar kendaraan listrik, meskipun Nissan Leaf memulai tren, perusahaan gagal mempertahankan keunggulannya.

Saat ini, Nissan hanya memiliki dua model kendaraan listrik, tertinggal jauh dari Tesla, BYD, dan Toyota yang terus berinovasi.

Indrawan menyoroti bahwa Nissan kini menghadapi tantangan berat dari sisi finansial. Pada kuartal ketiga 2024, perusahaan mencatat kerugian besar hingga 9,3 miliar yen.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Minta Sekda Tegur dan Bongkar Pagar Laut Tak Berizin

Halaman:

Tags

Terkini