Kebanyakan Pakai Smartphone, Otak Jadi Malas Berpikir?

photo author
- Rabu, 13 Maret 2019 | 15:00 WIB

Namun, hanya satu dari 50 orang yang memiliki kemampuan ini. Sisanya, orang hanya bisa fokus pada satu hal.

Artinya, kapanpun kita berhenti melakukan pekerjaan untuk membuka atau menjawab pesan (atau aplikasi lain), kita terganggu dan ada hal yang harus dikeluarkan, namanya switch cost.

Kadang switch cost dari satu hal ke hal lain hanya beberapa detik. Namun jika terus-terusan, obrolan tatap muka atau pekerjaan pun bisa terganggu.

Psikolog David Meyer memperkirakan, peralihan antartugas dapat menghabiskan 40 persen dari waktu produktif otak kita.

Meyer menyebut, tekanan yang dirasakan manusia saat mencoba melakukan banyak hal sekaligus, padahal sebenarnya tidak bisa, dapat membuat mereka sakit bahkan merasakan banyak gangguan.

Otak manusia hanya dapat memproses begitu banyak informasi pada suatu waktu, yakni sekitar 60 bit per detik.

Makin banyak tugas yang harus dilakukan, makin sering pula manusia harus memilih bagaimana mereka ingin memakai kekuatan otak yang berharga.

Oleh karenanya, bisa dimengerti kalau orang meneruskan sebagian beban kerjanya yang ekstra pada smartphone atau asisten digital. Namun, ada beberapa bukti bahwa mendelegasikan tugas berpikir ke smartphone tidak hanya membuat otak lebih sakit, tetapi juga malas.

Para peneliti menemukan bahwa para pemikir lebih sedikit menggunakan mesin pencari di smartphone ketimbang orang lain.

Memang itu tidak berarti bahwa menggunakan smartphone untuk searching membuat pengguna jadi bodoh. Namun, mungkin saja para pemikir ini tidak banyak searching karena pengetahuan mereka lebih banyak.

Menurut peneliti pula, membaca informasi baru dari smartphone bisa jadi cara yang buruk untuk belajar ketimbang membaca dari buku.

Pasalnya, orang yang mengambil informasi rumit dari sebuah buku mengembangkan pengembangan yang lebih dalam, sekaligus terlibat dalam pemikiran yang lebih konseptual.

Tidak hanya itu, hasil penelitian terbaru pada pengguna di Swiss menunjukkan bahwa menatap layar bisa membuat otak dan jari lebih gelisah.

Tahun lalu, para psikolog dan ilmuwan komputer menemukan temuan yang meresahkan. Di mana, makin banyak mengetap, mengklik, dan posting medsos bisa membuat sinyal otak makin ribut.

Padahal biasanya ketika orang melakukan sesuatu lebih sering, mereka jadi lebih baik, lebih cepat, dan efisien dalam tugas itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X