Selain itu, Rocky Gerung menyoroti bagaimana kejadian ini menunjukkan ketidakmampuan Indonesia dalam merawat sistem informasi yang andal. Hal ini dianggap sebagai tantangan besar bagi Indonesia yang sedang mengejar bonus demografi.
“Jadi begitu sistem itu berhenti, mestinya dalam 2-3 jam sudah bisa diet up kembali. Tetapi ini juga fakta bahwa bagaimana mungkin kita mau bertanding jadi bonus demografi kalau dari awal kemampuan kita untuk merawat sistem informasi kita tidak layak,” jelas Rocky.
Baca Juga: Faizal Assegaf Ogah Menerima Tokoh Terkenal dan Politisi-politisi Gagal Masuk Partai Negoro
Dalam konteks sistem moneter, Rocky mengingatkan bahwa gangguan seperti ini bisa berakibat fatal. Dalam pasar finansial yang sangat bergantung pada kecepatan dan keakuratan data, kehilangan data atau sistem yang tiba-tiba drop bisa menimbulkan kerugian besar.
“Apalagi dalam sistem moneter atau financial market yang begitu komutasinya, begitu dia drop, artinya tiba-tiba ada orang yang mungkin baru 2 detik pegang handphone untuk pindahin rupiah ke dolar, tiba-tiba data itu hilang,” ungkap Rocky.
Serangan siber yang diduga menyerang Pusat Data Nasional menjadi cerminan betapa rentannya sistem keamanan siber di Indonesia.
Hal ini tidak hanya berdampak pada reputasi negara tetapi juga mempengaruhi minat investasi. Pemerintah diharapkan dapat segera mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan keamanan siber dan memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Baca Juga: Didukung BRINita, Kelompok Tani Ini Sulap Lahan Terbengkalai Jadi Produktif
Tanpa perbaikan yang signifikan, Indonesia akan sulit meyakinkan investor untuk menanamkan modalnya di negara ini.***